Ironis, dari 7 Juta Pengangguran, 11 % Lulusan SMK

Redaktur author photo

inijabar.com- Jakarta- Aktifis ketenagakerjaan,  Dita Indah Sari, mengaku miris melihat banyaknya lulusan SMK menganggur. Padahal sekolah kejuruan itu orientasinya kerja karena lebih membekali skill pada siswanya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 tercatat lulusan SMK menjadi penyumbang terbesar angka pengangguran terbuka di Indonesia. Dari 7 juta pengangguran terbuka, sekitar 11 persen di antaranya merupakan lulusan SMK.

"Ini ironis. Sudah sekolah menengah, kejuruan, yang seharusnya berorientasi pada skill yang diperlukan di pasar kerja, tapi ternyata tidak terserap oleh pasar tenaga kerja,”ungkap Dita seperti dilansir rmol. Sabtu(3/8/2019).

Wanita yang kini menjabat sebagai Wakil Sekjen di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menambahkan, persoalan yang melilit SMK itu tentu harus dibenahi. Solusinya, kata Dita, adalah memberdayakan SMK. Sekolah kejuruan ini dinilai perlu mengubah kurikulum, meremajakan peralatan, dan membuat standarisasi.  

"Perlunya policy dari Kemendikbud selaku regulator untuk membuat kurikulum SMK lebih fleksibel. tak perlu terlalu dibebani dengan muatan mata pelajaran umum. Porsi kurikulumnya juga perlu memperbanyak praktek (75 persen) dibanding pelajaran di dalam kelas (25 persen),"ujarnya.

"Namanya juga kejuruan. Jadi di-cut saja mata pelajaran yang umum dan dasar. Lebih baik difleksibelkan sesuai dengan jenis SMKnya,” sambung Staf Khusus Menteri Desa dan PDTT tersebut.

Dita menjelaskan, SMK, perlu memperbanyak kerjasama dengan industri dan menerapkan sistem magang. Selain untuk meningkatkan ketrampilan teknis, magang juga dinilai dapat mengenalkan para pelajar terhadap etos kerja yang baik.

"Magang bisa dilakukan seminggu sekali saat kelas tiga. Mereka tidak hanya belajar hard skill tapi soft skill. Bagaimana menjadi pegawai yang baik, loyal, mematuhi atasan, bekerja sama dengan rekan, daan lain-lain,” lanjutnya.(*)
Share:
Komentar

Berita Terkini