Ini 5 Wilayah Di Jabar Yang Memiliki Kisah Mistis

Redaktur author photo


Tanjakan Panganten Garut yang dianggap sebagian masyarakat penuh misteri

inijabar.com, Kota Bandung- di  Jawa Barat ada sejumlah tempat yang dipercayai sebagian masyarakat mempunyai nilai mitos.


Mitos-mitos ini biasanya berawal dari pamali atau larangan dari orang-orang zaman dahulu yang kemudian berkembang dan diteruskan secara turun-temurun. 


Biasanya ada maksud dari mitos-mitos yang beredar ini meski kebenaran tidak bisa dipastikan. Namun banyak masyarakat atau orang Sunda yang mempercayainya hingga menghindari perilaku-perilaku yang di sebutkan dalam mitos.


Sisi baiknya, banyak yang lebih berhati-hati saat berada masuk area pamali. Tapi tak bisa dipungkiri, mitos-mitos ini bisa membuat masyarakat tergelincir dalam hal musyrik.


Berikut tempat yang dianggap mitos di Jawa Barat, 


1. Pulau Kunti


Di antara deretan pulau yang membentang di kawasan Ciletuh - Palabuhanratu Sukabumi, terdapat pulau bernama Pulau Kunti. Di Pulau Kunti, itu terdapat Gua Jodoh yang terdengar suara tawa kuntilanak.


Suara tawa itu tidak setiap saat terdengar. Hanya saat badai atau ketinggian air pasang gelombang di perairan mencapai 4 hingga 5 meter. Gelombang yang menghantam deretan batuan lava di Pulau Kunti menghasilkan gema mirip kuntilanak tertawa.


Suara tertawa itu sempat menjadi mitos soal keangkeran pulau tersebut hingga sebagian warga yang menganggap kawasan itu angker.


Adapun mitos di Pulau Kunti ini konon katanya bisa mempercepat mendapatkan tambatan hati. Gua ini disebut cocok bagi mereka yang masih jomblo. Mitos itu mengalir menjadi sebuah cerita turun temurun, baik dari warga maupun wisatawan, yang disebut pernah masuk ke dalam gua tersebut.


2. Situ Gede


Di Situ Gede Tasikmalaya, ada dua ikan raksasa yang menjadi mitos di objek wisata ini yakni Si Layung dan Si Kohkol.


Si Layung, seekor ikan mas merah berukuran raksasa. Sementara Si Kohkol adalah jenis ikan deleg atau ikan gabus raksasa.


Menurut cerita, jika Si Layung muncul ke permukaan air maka langit di Situ Gede akan muncul lembayung. Langit senja Situ Gede akan indah dengan warna kuning kemerahan.


Saat lembayung terlihat, itu berarti pemancing harus menyudahi kegiatannya karena takut terjadi hal yang tak diinginkan. Biasanya Si Layung akan menampakan diri kepada pemancing yang "sompral" (sembarang berbicara)


Beberapa tahun silam, ada seorang pemancing yang marah-marah atau menggerutu karena tak dapat ikan saat memancing. Tiba-tiba Si Layung muncul, hanya terlihat matanya yang besar berkedip. Karuan pemancing itu kabur ketakutan.


Sementara mitos Si Kohkol, ia biasanya muncul dan terlihat oleh warga yang naik perahu atau rakit di Situ Gede. Mitosnya penampakan Si Kohkol akan terjadi pada warga yang naik rakit atau perahu tapi berbicara sembarangan atau berprilaku tak elok.


Mitosnya Si Kohkol sering membuat perahu atau rakit terbalik karena disundul oleh Si Kohkol.


3. Tanjakan Emen


Nama Tanjakan Emen tentu tidak asing lagi di telinga warga Jawa Barat. Jalan yang berada di Kampung Cicenang, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, itu memang dikenal angker. Banyak yang tewas saat melintas di jalan sepanjang sekitar dua kilometer itu.


Sebenarnya penyebab kecelakaan dipicu oleh kendaraan yang tak laik jalan ataupun faktor kesalahan manusia. Namun, tak sedikit pula yang mengaitkan kecelakaan yang terjadi karena gangguan makhluk astral yang bernama Emen. Benarkah demikian?


Setidaknya kepercayaan itu sudah ada sejak tahun 1950-an. Pengendara yang melintas di Tanjakan Emen, biasanya melemparkan sebatang rokok dan membunyikan klakson saat melintas di jalan tersebut. Tujuannya agar bisa selamat dari gangguan gaib.


Menurut cerita, sekitar tahun 1956, ada seorang sopir oplet jurusan Lembang-Subang yang bernama Taing. Julukan nama Emen melekat kepadanya, karena memiliki ketertarikan pada permainan cemen di Terminal Mandarin Lembang saat menunggu penumpang.


Taing atau Emen, tak meninggal di lokasi kejadian saat oplet berpenumpang 12 orang yang dikemudikannya mengalami kecelakaan hingga terbakar pada 1956. Ketika itu, Emen tengah menarik oplet ke arah Subang.


Penumpangnya meninggal di lokasi, Pak Emen meninggal di rumah sakit Ranca Badak (sekarang RSHS). Soal mitos Tanjakan Emen penyebab sering terjadinya kecelakaan karena turunan yang panjang, belokan yang curam dan ketidakhati-hatian yang menjadi pemicu kecelakaan maut di Tanjakan Emen.


Sebaiknya sopir maupun penumpang membaca doa atau surat dalam Al-Qur'an untuk meminta keselamatan pada Allah daripada melempar rokok atau recehan.


4. Tanjakan Panganten


Ada sebuah tanjakan yang sering menelan korban akibat kecelakaan di Garut, Jawa Barat. Warga memberi nama Tanjakan Panganten.


Tanjakan Panganten (Pengantin) itu terletak di Jalan Raya Pakenjeng-Pamulihan, Kampung Cisandaan, Desa Halimun, Kecamatan Pamulihan, Garut. Sekitar 50 kilometer dari pusat kota Garut.


untuk menghindari kecelakaan, pasangan pengantin yang akan melewati jalan ini harus turun terlebih dahulu dari kendaraan dan melewati Tanjakan Panganten dengan berjalan kaki.

Disebut tanjakan karena jalan ini terletak di sebuah tebing. Tanjakan ini memiliki medan yang menanjak dengan tingkat kemiringan sekitar 45 derajat.


Jalan menanjak dengan panjang sekitar 700 meter tersebut menyimpan cerita mistis. Warga setempat, Ajang Sulaeman (46) menjelaskan di tempat tersebut sering terjadi kecelakaan yang menyebabkan pengantin menjadi korban.


Seperti pada tahun 2013 lalu, ada rombongan pengantin yang mengalami kecelakaan di wilayah tersebut. Akibatnya sepasang pengantin mengalami luka berat.


Menurut mitos yang berkembang di lingkungan warga setempat, untuk menghindari kecelakaan, pasangan pengantin yang akan melewati jalan ini harus turun terlebih dahulu dari kendaraan dan melewati Tanjakan Panganten dengan berjalan kaki.


Selain itu, di tempat ini juga sering turun kabut terutama saat musim penghujan. Jika diakses pada malam hari sangat berbahaya karena penerangan jalan di jalur ini masih minim.


Sementara itu keterangan Polres Garut, jalur tersebut memiliki kontur yang cukup berbahaya.


5. Batu Goong Ciamis


Di Lingkungan Lebak, Kelurahan Ciamis, Kabupaten Ciamis, terdapat sebuah batu yang unik yang dinamai Batu Goong oleh masyarakat sekitar. Uniknya, batu seukuran gamelan kecil itu tak bisa dipindahkan.


Batu tersebut berada di kebun bambu tidak jauh dari bantaran Sungai Cileueur. Disebut Batu Goong karena bentuknya yang menyerupai alat musik gamelan yakni Goong kecil, bentuknya bulat berdiameter sekitar 30 sentimeter dan ada bulatan kecil di tengahnya.


Kepercayaan batu Goong tak bisa dipindahkan muncul ketika ada petugas dari museum hendak memindahkan batu tersebut karena dinilai unik dan memiliki nilai sejarah. Tapi saat pegawainya menggali ternyata orang tersebut malah sakit, sehingga proses pemindahannya tidak diteruskan.


Keanehan itu dibenarkan warga lainnya, Nono Nuryono, mengatakan setelah kejadian itu akhirnya batu tetap pada posisi semula. Warga pun tidak ada yang berani memindahkan Batu Goong tersebut.


Konon Batu Goong ini juga dipercaya mengandung aura magis. Menurut Suryadi, dulu ada warga yang sering bawa orang untuk mencari nomor (togel) di Batu Goong tersebut. Namun sekarang sudah tidak ada lagi, karena warga tersebut sudah meninggal dunia.(Resh)

Share:
Komentar

Berita Terkini