Proyek Wisata Air Kalimalang: Antara Potensi Ekonomi dan Tantangan Tata Kelola

Redaktur author photo
Salah satu jembatan melengkung sedang dalam proses pengerjaan untuk menambah estetik rencana wisatta air Kalimalang

inijabar.com, Kota Bekasi- Proyek Wisata Air Kalimalang merupakan keinginan banyak pihak agar kawasan ini tidak sekedar jadi ikon wisata alam baru di Kota Bekasi, namun bisa meningkatkan potensi ekonomi lokal. Serta menghadirkan ruang publik yang modern.

Meski diselimuti banyak pertanyaan proyek wisata air Kalimalang tetap berpotensi jadi ikon baru Kota Bekasi. Kehadiran jembatan baru melengkung, jalur pedestrian, ruang nongkrong, dan pusat kuliner dapat meningkatkan ekonomi lokal

Proyek ini diharapkan dalam proses nya selalu mengutamakan transparansi anggaran, keterbukaan RAB (rancangan anggaran biaya), konsitensi design, dan manajemen kawasan profesional. Tanpa hal itu proyek ratusan miliar ini berisiko menjadi revitalisasi estetika yang indah di awal namun sulit dirawat dalam jangka panjang.

Dari dokumen RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan)  2025 yang beredar menunjukkan bahwa pembangunan Wisata Air Kalimalang bukan lagi proyek kecil, tetapi mega-revitalisasi dengan total investasi lintas sumber mencapai ratusan miliar rupiah hingga 2026. Berikut analisis lengkapnya.

1. Total Investasi 

A. RKAP 2025 – Total Rp48,1 Miliar

Rincian anggarannya:

1. Jembatan besar – Rp9,51 miliar

2. Jembatan penyeberangan – Rp2,33 miliar

3. Wahana wisata air + kontainer kuliner – Rp21,33 miliar

4. Pembongkaran jembatan lama – Rp1,61 miliar

5. Dermaga dan gapura – Rp1,34 miliar

6. Pengembangan lima tahunan – Rp12 miliar

Subtotal RKAP: Rp48,12 miliar

B. Investasi Pemerintah Daerah

Pemkot Bekasi (APBD): Rp30 miliar

Pemprov Jawa Barat (APBD Provinsi, TA 2026): Rp60 miliar

Subtotal APBD: Rp90 miliar

C. Investasi Swasta via CSR

PT Miju Dharma Angkasa: Rp36 miliar

Subtotal CSR: Rp36 miliar

D. Total Gabungan yang Terlihat

Rp48,1 miliar + Rp90 miliar + Rp36 miliar = Rp174,1 miliar

Artinya, proyek Wisata Air Kalimalang berpotensi menjadi revitalisasi senilai hampir Rp180 miliar (multi-sumber).

2. Analisis Komponen Anggaran: Masuk Akal atau Janggal?

A. Jembatan Besar Rp9,51 Miliar — Masuk akal

Biaya ini konsisten dengan pembangunan jembatan kota sepanjang 20–40 meter.

B. Wahana Wisata Air + Kontainer Kuliner Rp21,33 Miliar, Perlu Penjelasan Teknis

Pos ini paling besar dan paling rawan dipertanyakan:

Apakah wahana air tidak mengganggu fungsi Kalimalang sebagai saluran air baku PDAM?

Kontainer kuliner bisa dibangun dengan biaya jauh lebih rendah (umumnya Rp80–120 juta/unit).

Jika jumlah kontainer misalnya 50 unit, nilai Rp21,33 miliar patut ditelusuri rinciannya.

C. Pengembangan 5 Tahun Rp12 Miliar — Belum jelas objeknya

Apakah berupa: Perawatan berkelanjutan?, Penambahan fasilitas bertahap?, Biaya manajemen kawasan?

Tanpa penjelasan, pos ini terlalu umum dan sulit diawasi.

D. Dana APBD + APBD Provinsi Rp90 Miliar, Skala Besar untuk Proyek Wisata

Jika digabung dengan RKAP, terlihat bahwa:

APBD justru lebih besar dari investasi awal perusahan pengelola.

Ini menandakan:

Pemda sangat ingin proyek ini jalan,

Namun ada potensi ketergantungan yang tinggi pada anggaran publik.

E. CSR Rp36 Miliar — Nominal Besar, Potensi Naming Rights

CSR dengan nilai di atas Rp30 miliar biasanya tidak murni “donasi”, melainkan: kolaborasi bisnis, branding space, hak pengelolaan area tertentu, sponsorship jangka panjang.

Ini perlu diteliti agar tidak terjadi 'privatisasi ruang publik terselubung'

3. Indikasi Risiko

1. Risiko overlap anggaran

Ada potensi tumpang tindih antara:

RKAP 2025, APBD 2025–2026, Dana CSR.

Contoh: apakah kontainer kuliner dibangun oleh RKAP, APBD, atau CSR? Tanpa pemetaan, risiko pembiayaan ganda sangat besar.

2. Risiko penggembungan anggaran

Pos yang paling rawan: wahana wisata air, kontainer kuliner, pengembangan 5 tahun.

Keduanya relatif fleksibel dan mudah dinaikkan nilainya tanpa pembanding fisik yang jelas.

3. Risiko tata ruang dan peraturan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)

Kalimalang adalah jalur air teknis untuk jutaan pelanggan air minum.

Fasilitas wisata bisa dibatasi ketat. Jika melanggar, proyek berpotensi mangkrak seperti kasus-kasus sebelumnya.

4. Risiko pemeliharaan mahal

Revitalisasi seperti ini sering 'indah saat diresmikan' tetapi rusak dalam 1–2 tahun jika tak memiliki: tim pengelola, standar operasional, anggaran pemeliharaan rutin.

Dampak Ekonomi yang Mungkin Terjadi

A. Dampak jangka pendek

UMKM naik, Lapangan kerja proyek bertambah, Aktivitas kawasan meningkat

B. Dampak jangka panjang

Jika manajemen buruk → PAD kecil, perawatan mahal

Jika manajemen kuat → bisa menjadi ikon wisata baru dan jalur pedestrian premium.

Proyek Wisata Air Kalimalang adalah proyek besar, kompleks, dan sensitif dengan total investasi tampak mencapai sekitar Rp174 miliar. Besarnya dana ini menuntut: transparansi rinci RAB, pembagian peran jelas antara RKAP, APBD, dan CSR, kajian teknis terkait keamanan air, serta pengawasan publik.

Tanpa hal tersebut, proyek ini sangat rentan: pembengkakan anggaran, tumpang tindih pembiayaan, dan berakhir hanya sebagai 'proyek estetika' tanpa manfaat jangka panjang.

Ditulis: Tim Editorial



Share:
Komentar

Berita Terkini