inijabar.com, Garut- Seleksi calon direksi Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDA) Tirta Intan Kabupaten Garut untuk masa jabatan 2025-2030 tak ubahnya berjalan di atas bara api.
Beban berat dan ekspektasi setinggi langit kini membayangi siapa pun yang kelak terpilih, menyusul keputusan tegas Bupati Garut, Syakur Amin, yang memberhentikan dengan hormat tiga direksi sebelumnya: Direktur Utama Aja Rowikarim, Direktur Umum Samsi Mulyana, dan Direktur Teknik Ugun Wiguna.
Trio direksi lama dinilai gagal total memenuhi target ambisius yang dicanangkan bupati. Betapa tidak, dari target laba tahunan sebesar Rp 8 miliar, realisasi tahun 2024 hanya menyentuh angka Rp 1,082 miliar.
Angka kebocoran air yang diharapkan ditekan hingga 9% justru membengkak menjadi 37%. Sementara target pertumbuhan pelanggan sebanyak 4.500 per tahun hanya tercapai 2.500 pelanggan. Sebuah rapor merah yang tak terelakkan berujung pada pencopotan.
Menurut Pemerhati kebijakan publik Dudi Supriadi, bahwa menyoroti fenomena ini sebagai pertaruhan besar bagi masa depan PDAM Tirta Intan sekaligus ujian konsistensi bagi Bupati Garut.
"Pemberhentian direksi lama ini adalah sebuah sinyal keras dan barometer yang sangat jelas dari Bupati Syakur Amin," ujar Dudi saat dimintai tanggapannya.
"Ini adalah standar keinginan Bupati yang harus dipahami dan dipenuhi oleh direksi yang nanti terpilih. Tidak ada ruang untuk kegagalan serupa.
Menurut Dudi, beban yang dipikul oleh tiga direksi terpilih nanti akan sangat berat. Mereka tidak hanya dituntut untuk membenahi dilingkungan internal dan teknis demi mencapai target yang fantastis, tetapi juga bekerja di bawah bayang-bayang preseden pemecatan direksi sebelumnya.
[cut]
"Bayangkan saja, mereka harus mampu melipatgandakan laba, menekan angka kebocoran secara drastis, dan mengakselerasi pertumbuhan pelanggan dalam waktu yang relatif singkat. Ini bukan tugas ringan," ucap Dudi.
Lebih lanjut, Dudi menekankan pentingnya konsistensi dari pihak Bupati Garut. Ia juga mewanti-wanti agar tidak ada unsur politis yang bermain jika di kemudian hari direksi baru pun gagal memenuhi target.
"Jika kinerja ketiga direksi yang baru nanti tidak sesuai dengan target yang diharapkan Bupati, maka Bupati harus tanpa ragu mengambil langkah tegas serupa: memberhentikan mereka. Ini penting untuk menjaga marwah keputusan sebelumnya dan menghindari persepsi publik bahwa ada 'anak emas' atau unsur politik yang bermain jika target tidak tercapai namun direksi tidak diberhentikan," tegas Dudi.
Ia menambahkan, sangat jelas, dengan adanya pemberhentian direksi lama karena target, maka direksi baru mutlak harus memenuhi target tersebut. Jika tidak, publik akan menilai ada standar ganda.
Poin penting yang Dudi sampaikan sebagai penutup apa yang disuarakan PLT Direktur Utama PDAM Garut, Gania Karyana, Dudi menggarisbawahi sebuah peringatan krusial.
"Jangan sekali-kali ada yang coba-coba ingin menduduki kursi direksi PDAM Garut jika hampa pengalaman dalam Sistem Penyediaan Air Minum! Ini adalah mandat tak terhindarkan bagi Panitia Seleksi dan KPM untuk benar-benar memprioritaskan individu dengan rekam jejak dan keahlian mumpuni di Bidang SPAM,"ujarnya.
[cut]
Jika prinsip ini diabaikan, kata dia, maka sebuah konsekuensi pahit penyerahan hasil seleksi ketiga Direksi tersebut akan ditolak mentah-mentah oleh Mendagri.
Publik Garut kini menanti dengan penuh harap sekaligus cemas. Siapakah sosok-sosok yang akan menduduki kursi panas direksi PDAM Tirta Intan Garut? Dan yang lebih penting, mampukah mereka menjawab tantangan berat untuk mengubah rapor merah menjadi biru, atau justru akan kembali tersingkir karena gagal memenuhi ekspektasi 'langit' yang telah ditetapkan? Waktu yang akan menjawab, diiringi pengawasan kritis dari masyarakat dan para pemerhati kebijakan seperti Dudi Supriadi.(ujang)