![]() |
Acara Haul Pejuang Puspa Bangsa dari Mataram Raden Ayu Utari Sandijayaningsih atau Nyimas Utari |
inijabar.com, Depok – Berbagai elemen lintas organisasi masyarakat dan paguyuban budaya Kota Depok menggelar acara Haul Pejuang Puspa Bangsa dari Mataram, Raden Ayu Utari Sandijayaningsih atau yang akrab dikenal Nyimas Utari, di kawasan pusaran Makam Nyimas Utari, Jalan Raya Tapos, Kota Depok, Sabtu (4/10/2025).
Acara yang diinisiasi perdana oleh Kecamatan Tapos tersebut mengangkat tajuk 'Menguak Sejarah Menjaga Jejak Leluhur' yang merupakan bagian dari rangkaian acara krian dalam menyambut HUT Kecamatan Tapos, Kota Depok.
Acara Haul Pejuang yang dikenal sebagai Telik Sandi atau Intelijen pasukan Kerajaan Mataram pada 1629 ini dihadiri beberapa tokoh ulama, budayawan, peneliti dan sejarawan Keraton Mataram seperti KHR. Syarif Rahmat, KRMH. Wirahadiningrat atau yang biasa dikenal Gus Faqih, Camat, serta tokoh masyarakat lainnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Camat Tapos, Kota Depok, Jarkasih menjelaskan bahwa wilayah Tapos memiliki historis sejarah panjang yang dahulunya merupakan salah satu daerah tempat para pejuang-pejuang berkumpul, salah satunya yaitu Nyimas Utari yang bertugas menjadi telik sandi atau mata-mata (intelijen) pasukan Mataram untuk membunuh Gubernur VOC.
“Kita sebagai warga Tapos merasa bangga ya, dengan keberadaan jejak beliau ini sebagai pejuang yang punya semangat patriotisme tinggi. Maka sebagai warga Tapos harus kita angkat sejarahnya, agar warga bisa mengetahui dan mencintai leluhurnya sehingga bisa mengikuti jejaknya untuk generasi mendatang,” ujar Jarkasih usai mengikuti acara Haul Pejuang Nyimas Utari, di Tapos, Kota Depok, Sabtu (4/10/2025).
Lebih lanjut Jarkasih menyampaikan acara Haul Pejuang ini juga sekaligus mengawali rangkaian acara hari jadi wilayah Tapos, Kota Depok. Kemudian akan dilanjutkan dengan acara keagamaan dan masyarakat lainnya seperti Hari Santri dan HUT Karang Taruna.
“Kita sepakat dengan kawan-kawan panitia bahwa nanti tiga tahun kedepan, agar kegiatan ini betul-betul menjadi kegiatan yang rutin dan mapan. Sehingga akan terus berlanjut, bahkan panitia sudah saya kasih tugas juga untuk tiga tahun kedepan agar setiap tahunnya acara seperti ini bisa terus berjalan,” kata Jarkasih.
Berkat dukungan kerjasama yang kompak, dari seluruh unsur elemen masyarakat, kata dia seperti Kecamatan, Kelurahan, Karang Taruna, ormas PCNU, Banser, MUI, kemudian komunitas Kumpulan Orang-orang Depok (Kood) dan organisasi lingkungan lainnya. Acara Haul Pejuang Nyimas Utari ini dapat terselenggara dengan lancar dan sukses.
[cut]
“Mereka punya semangat yang sama, bagaimana Tapos ini bisa terangkat sejarahnya. Selanjutnya saat ini tengah menuju pembentukan tim penulisan sejarah yang nantinya di setiap Kelurahan, Kecamatan Tapos bisa punya arsip sejarahnya masing-masing,” ucap Jarkasih.
Selain itu, kata Jarkasih pihaknya saat ini juga sudah membentuk tim yang nantinya akan bekerja untuk menelusuri sejarah yang ada di wilayah Kecamatan Tapos, Kota Depok.
![]() |
Dilanjutkan denhan tabur bunga dan doa bersama di makam Nyimas Utari |
“Kita juga sudah bekerjasama dengan tim ahli cagar budaya Depok yang tadi hadir. Selain itu kita juga sudah punya kenalan dari beberapa keluarga kesultanan untuk mengkomunikasikan lebih lanjut dalam hal tersebut,” kata Jarkasih.
Dengan adanya keberlanjutan yang dimulai dari acara ini, pihaknya berharap daerah ini nantinya akan memiliki catatan sejarah serta tidak kehilangan sejarahnya bagi kampungnya sendiri.
Sementara itu di lokasi yang sama, Peneliti dan Sejarawan Keraton Mataram, yang juga menjadi pembicara acara tersebut. KRMH. Wirahadiningrat menegaskan bahwa Nyimas Utari telah terkonfirmasi merupakan keturunan dari tokoh Ki Ageng Mangir Wanabaya yang di mana mereka memiliki keluarga, dari putra ke-4 Ki Ageng Mangir punya tiga anak yaitu Sandya Jayaningsih atau Raden Ayu Roro Pergis untuk menyusup ke mangir menikahi Ki Ageng Mangir yang ketiga.
Kemudian setelah itu, lanjut Wirahadiningrat menceritakan bahwa Ibu dari Pendayun yaitu Adira terkonfirmasi sebagai intelijen yang diutus untuk menaklukan Madiun.
“Kemudian dari folklor yang demikian kuat, kita harus jadikan sumber ini yang tak bisa dianggap remeh. Tetapi catatan terkait keping-keping tentang Nyimas Utari bahwa keluarganya memiliki talenta dunia intelijen yang diambil dari cerita itu,” ujar Wirahadiningrat.
Pria yang akrab disapa Gus Faqih itu menjelaskan, terkait mengenai Gubernur VOC, Jan Pieterszoon Coen yang terbunuh oleh Nyimas Utari. Menurut versi sejarah Belanda tewasnya karena sakit kolera kemudian dimakamkan di tiga tempat.
Gus Faqih membantah adanya asal muasal cerita tersebut karena pada tahun 1938 sudah sempat dilakukan penggalian secara forensik namun tidak pernah ditemukan jasadnya.
“Pertanyaannya ada catatan terkait kematiannya, tapi secara forensik tidak terbukti hingga saat ini,” kata Gus Faqih.
[cut]
Sementara berdasarkan riwayat masyur dalam Babat Jawa, Gus Faqih menuturkan bahwa Gubernur VOC, Jan Pieterszoon Coen meninggal karena terbunuh oleh pasukan kerajaan Mataram.
“Pertanyaannya pasukan Mataram mana yang bisa masuk ke dalam benteng atau rumah yang tercantum. Kecuali intelijen, dan intelijen mana yang harus ditelaah lagi, begitu ada riwayat tutur makamnya ada tanda-tanda. Jadi namanya makam intelijen tugas kita lah untuk membingkai menjadi sebuah fakta sejarah” tuturnya.
Maka dengan adanya kesempatan ini, apa yang disampaikan keluarga keturunan Nyimas Utari ke-4, Gus Faqih berpesan agar generasi penerus dapat menjaga makam-makam leluhur. Namun bukan dimaksudkan sebagai berhala melainkan bisa menjadikan itu sebuah monumen pejuang bagi Nyimas Utari.
“Bagaimana kita sekarang hadir dan ada, dari sejarah yang panjang kita harus hormati,” pungkasnya.(Risky)