Candi Bentar, Gaya Arsitektur Jejak Majapahit Bukan Sunda

Redaktur author photo

 

Pembangunan Candi Bentar di depan Gedung Sate Bandung

DI banyak tempat hari ini, mulai dari taman kota, gedung pemerintahan, hingga pintu masuk area wisata, kita melihat sebuah bentuk arsitektur yang begitu khas: dua bangunan kembar berdiri simetris, terbelah di tengah, seakan sengaja dipisahkan namun tetap saling menyatu secara imaji. Itulah Candi Bentar, salah satu warisan arsitektur paling ikonik di Nusantara.

Namun kemunculannya di ruang publik sering memunculkan pertanyaan: Sebenarnya dari mana asal gerbang candi terbelah ini? Apakah ia bagian dari tradisi Sunda atau Jawa Timur?

Sejarah menjawabnya dengan cukup tegas.

Akar Sejarah: Majapahit, Tanah Lahir Candi Bentar

Candi bentar tidak berasal dari tradisi Sunda, melainkan dari pusat kebudayaan Jawa Timur, tepatnya era Majapahit abad ke-14–15. Pada masa itulah gaya arsitektur monumental menggunakan bata merah berkembang pesat.

Salah satu bukti paling jelas adalah Wringin Lawang di Trowulan, kompleks yang diyakini sebagai bekas pusat kota Majapahit. Bentuknya persis seperti candi bentar modern: dua bangunan simetris, terbelah tanpa atap dan tanpa pintu kayu.

Bagi Majapahit, gerbang bukan sekadar struktur fisik. Ia adalah portal simbolis, penanda batas antara ruang luar yang profan dan ruang dalam yang dianggap lebih suci, lebih tertata, dan lebih beradab.

Gerbang terbelah menyimbolkan perjalanan memasuki dunia nilai dan moral yang lebih tinggi, sebuah filosofi yang kelak dilestarikan di Bali.

Dari Majapahit ke Bali: Tradisi yang Dipertahankan

Ketika Majapahit melemah pada abad ke-15, gelombang migrasi budaya dan bangsawan Jawa Timur mengalir ke Bali. Mereka membawa sistem kerajaan, sastra, bahkan estetika arsitektur. Di Bali, candi bentar bukan sekadar dipertahankan, tetapi dikembangkan menjadi bagian utuh dari tata ruang pura dan istana.

Di pulau itu, Candi Bentar biasa menjadi pintu gerbang pertama yang memisahkan dunia luar dan “nista mandala”—ruang profan sebelum memasuki bagian suci pura.

Simbolisme gerbang terbelah semakin kuat: sisi kanan melambangkan purusa (laki-laki, langit), sisi kiri melambangkan prakriti (perempuan, bumi), pertemuan imajiner keduanya melahirkan keselarasan alam.

Warisan inilah yang membuat Candi Bentar kini lebih familier dalam citra budaya Bali, meski akar sejarahnya jelas berasal dari Majapahit.

Mengapa Bukan dari Sunda?

Meski Jawa Barat kaya warisan budaya, tradisi Sunda tidak mengenal arsitektur gerbang monumental seperti Candi Bentar.

Arsitektur Sunda kuno: lebih banyak menggunakan kayu dan batu alam, bentuk rumah panggung, struktur sederhana dan fungsional, tidak memiliki kompleks candi besar seperti Jawa Tengah atau Jawa Timur.

Warisan kerajaan Sunda, termasuk Pakuan Pajajaran, tidak menunjukkan adanya gerbang terbelah semacam ini.

Dengan kata lain, Candi Bentar bukan bagian dari DNA arsitektur Sunda.

Candi Bentar dalam Ruang Publik Jawa Barat: Estetika yang Diadopsi

Jika begitu, mengapa kita sering melihat Candi Bentar digunakan di Jawa Barat pada masa modern?

Sejak masa kolonial hingga sekarang, pemerintah daerah di banyak wilayah Indonesia mengadopsi bentuk candi bentar sebagai simbol visual “keindonesiaan”. Bentuknya mudah dikenali, dramatik, dan memberi kesan historis. Estetika Majapahit dianggap mewakili karakter arsitektur Nusantara klasik.

Munculnya candi bentar pada gedung-gedung pemerintahan modern bukan berarti daerah itu memiliki sejarah Majapahit, melainkan bentuk representasi budaya bersama, sama seperti motif kawung yang digunakan di banyak tempat meski asalnya dari Jawa.

Makna Filosofis: Gerbang Identitas Nusantara

Di luar perdebatan asal-usulnya, Candi Bentar menyimpan nilai filosofis yang membuatnya relevan hingga kini:

1. Simbol keterpisahan dan kesatuan

Terbelah namun satu kesatuan imaji—perumpamaan tentang keseimbangan hidup.

2. Transisi ruang dan nilai

Dari ruang luar yang riuh menuju ruang dalam yang lebih tenang dan teratur.

3. Jejak kejayaan peradaban

Tiap gerbang adalah penanda bahwa Nusantara pernah memiliki tradisi arsitektur canggih dan mendalam.

4. Identitas visual Indonesia

Saat negara ini membutuhkan simbol kebudayaan bersama, candi bentar menjadi salah satu yang paling kuat.

Dari Majapahit, Menjadi Milik Semua

Sejarah menunjukkan Candi Bentar adalah jejak Majapahit, dipelihara oleh Bali, dan kini bertransformasi menjadi simbol kebudayaan Indonesia secara luas. Ia bukan berasal dari Sunda, tetapi jelas hadir sebagai bagian dari ruang publik Jawa Barat dan berbagai provinsi lain.

Gerbang terbelah ini mengingatkan kita bahwa budaya tidak pernah berdiri diam. Ia berpindah, bertransformasi, disesuaikan, dan akhirnya menjadi milik seluruh bangsa.

Ditulis: Tim Redaksi

Share:
Komentar

Berita Terkini