Meski Gratis SD Negeri Cibeber Ini Kurang Diminati Warga, Kok Bisa?

Redaktur author photo

INIJABAR.COM, Indramayu- Tidak seperti sekolah SD negeri lainnya yang ramai hingar bingar  siswa jika sedang istirahat. Ataupu ketika sedang belajar di kelas. Di SD Negeri Cibeber ini nampak  sepi dan hening di setiap ruang kelas.

Pasalnya jumlah siswa di sekolah ini relatif sedikit. Pantauan di lokasi, enam bocah berseragam putih merah tampak asyik menggoreskan pensil warna pada sehelai kertas gambar yang ada di atas meja mereka. Sementara seorang guru muda, berdiri di depan kelas dan memerintahkan para siswanya itu untuk menuliskan nama masing-masing pada gambar yang telah selesai diwarnai.

"Di sini kebanyakan minat warga sekolah di Madrasah Ibtidaiyah," kata Kepala Sekolah SDN Cibeber Indramayu, Bagyana, Jumat (13/9/2018).

Bagyana menyebutkan, secara keseluruhan jumlah siswa di SDN Cibeber Indramayu sebanyak 42 siswa. Terdiri dari sembilan siswa kelas 2, lima siswa di kelas 3, sembilan siswa di kelas 4, lima siswa di kelas 5, dan delapan siswa di kelas 6.

"Minatnya memang rendah sejak beberapa tahun kemarin," ujar dia.

Padahal SDN Cibeber merupakan satu-satunya SD Negeri di desa Cibeber, Kabupaten Indramayu. Dua sekolah lainnya yakni MI berstatus swasta.

Bagyana mengatakan, di sekolah tersebut terdapat 4 guru PNS dan 4 tenaga sukarelawan. Ironisnya, selama sekolah berdiri, para tenaga pengajar terus berusaha mencari siswa.

"Padahal sekolah di sini gratis," kata Bagyana.

Dia bersama tenaga pengajar lain tak lelah melakukan sosialisasi ke masyarakat. Mengumpulkan semua stakeholder mulai dari tingkat RT dan RW, mengajak para orang tua agar menyekolahkan anak-anak mereka ke SDN Cibeber Indramayu.

Tak hanya minim jumlah siswa, Bagyana mengaku fasilitas di sekolah tersebut tidak memiliki fasilitas lengkap, salah satunya fasilitas toilet.

Dia mengatakan, para siswa termasuk guru harus pulang ke rumah masing-masing jika ingin ke toilet. Kondisi ini, diakui menjadi salah satu penyebab minimnya warga menyekolahkan anak.

"Kerusakan bangunan terutama pada plafon terlihat dimana-mana. Plafon di sepanjang lorong sekolah itu berlubang dimana-mana," kata dia.

Kondisi serupa juga terlihat pada plafon di setiap ruang kelas. Dinding yang gompel terlihat di sejumlah titik di dalam ruang kelas.

Dia mengatakan, SDN Cibeber hanya memiliki lima ruang kelas. Dari jumlah itu, empat kelas difungsikan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar.

"Karena jumlah kelas tidak cukup, terpaksa ada kelas yang harus bergantian," ujar dia.

Sedangkan satu ruang kelas lainnya, difungsikan sebagai ruang guru yang digabung dengan ruang kepala sekolah. Ruang TU sekaligus sedikit untuk ruang tamu jika ada tamu yang berkunjung.

Meski dengan jumlah siswa yang minim maupun fasilitas yang masih kurang, asesor yang melakukan penilaian pada 2016 lalu menyatakan layak dipertahankan dan tidak dimerger dengan sekolah lainnya. Alasannya, sekolah itu merupakan satu-satunya sekolah negeri di Desa Cibeber.

Sementara itu, salah satu orang tua siswa, Nurhasanah, mengaku sengaja menyekolahkan anaknya di SDN Cibeber karena dekat dengan rumahnya. Meski dia mengakui, harus pulang ke rumah dulu saat anaknya hendak buang ke toilet.

"Sekolah di sini gratis. Buku pelajaran dan alat sekolah juga dikasih," tandas dia.(sai)
Share:
Komentar

Berita Terkini