Polemik Keraton Kasepuhan Cirebon, Kubu Amir Sena Akan Gugat Sultan Luqman Zulkaeidin

Redaktur author photo



inijabar.com, Kota Cirebon-Polemik yang terjadi di Keraton kesepuhan itu permasalahan utamanya karena sudah sekian lama Keraton kesepuhan ini dipegang oleh bukan keturunan, orang yang bukan haknya. sudah dari mulai dekade Sultan ke-6 sampai pada sultan ke-11, yang akhirnya kemudian Sultan ke-12 menurunkan sultan yang sekarang ini,


Hal tersebut dikatakan Kiyai Faris yang akrab disapa Kang Fais salah satu pengasuh Pondok Pesantren Buntet Cirebon putra dari Kiyai Almarhum Fuad Hasyim di kediamannya  Komplek Ponpes Buntet, Jumat (23/10 2020).


"Luqman Zulkaeidin itu bukan haknya menjadi Sultan, jadi  polemik ini memang mungkin menurut saya memang harus terjadi karena memang tidak ada salahnya ketika kemudian keturunan-keturunan Sunan Gunung Jati ini mencoba untuk mengembalikan Keraton Kasepuhan kepada yang lebih berhak dengan meluruskan sejarah,"tuturnya.


Ditegaskan Kang Faris ,yang paling mendasari penolakan Luqman sebagai Sultan karena dia bukan keturunan dari Sunan Gunung Jati.


"Yang pantas itu ya keturunannya yang harus menduduki menjadi Sultan ya keturunan Sunan Gunung Jati, keturunan sunan gunung jati ya banyak sekali, maka yang paling bijak adalah mencari siapa sosok yang tahu betul soal dinamika Keraton, sejarah perjalanan Keraton juga sosok yang memang memiliki trah ke Sunan Gunung Jati,"ujarnya.


"Di sini banyak alternatif yang muncul beberapa nama, ya saya tidak bisa mengatakan saya tidak setuju atau setuju. Tapi kalau pada saat sekarang ini saya membantu Mama Ilen karena menurut saya secara pribadi Mama Ilen ini sosok yang pas, dia keturunan Sunan Gunung Jati dan paham dengan dinamika Keraton, paham dengan budaya keraton yang kedua punya dedikasi tinggi tentang keraton, punya mentalitas yang bagus, dia bisa mengayomi, dia juga kemudian dekat dengan para Kyai dan para ulama dan beliau tidak segan-segan mengakui kalau dia itu keturunannya Sunan Gunung Jati, ketika memang punya sambungan nasab jelas beliau tidak pernah menutupi," katanya.


"Nama lengkapnya Pangeran Ilen Seminingrat dari Sultan ke 4 dari sultan Amir Sena Muhammad Jaenuddin, kalau saya dari Pangeran Pasarean dari putranya syekh Syarif, dari Nyi mas tepasari punya anak Pangeran Pasarean yang itu kemudian menyambungkan ke Buntet," ujar Faris.


Kang Faris bersama kerabat Keraton lainnya tidak bersikap melalui pernyataan saja, akan tetapi untuk meluruskan sejarah ini untuk membuka tabir  sejarah peteng Cirebon lanjut kejalur hukum.


"Ya kita akan kita tempuh tentunya adalah dengan mengikuti jalur hukum, yang jelas itu kenapa kita melalui jalur profesional yaitu dengan melalui jalur hukum karena memang negara kita negara hukum, dan kita sebagai warga negara yang taat hukum," ujarnya.


Kemudian lanjut kang Faris ,jalur profesional itu adalah jalur yang menurut saya sangat sangat baik untuk kita tempuh, tidak akan pakai pengerahan masa, tidak akan sampai menduduki Keraton dan kita akan memakai jalur profesional karena kita orang-orang yang berpendidikan maka bersikaplah sebagaimana orang-orang yang berpendidikan.


"Kalau saya boleh mengkritik itu memberikan sertifikat nasab azmatkhan kepada Luqman zulkaedin ini menjadi pertanyaan karena dasarnya apa?. Luqman ini cucu dari Alexander," ungkap Faris.


"Sejarahnya Alexander ini naik tahta atas dukungan Belanda ketika Sultan Al Huda wafat, dia itu kan anak pungut nya Sultan Al Huda, Alexander naik kemudian atas dukungan belanda, kemudian beliau punya anak Maulana Pakuningrat, Maulana Pakuningrat punya anak arif, jadi masih bisa diungkap 


"Apa yang diceritakan oleh salah seorang ahli sejarah di Cirebon bahwa kenapa Alexander ini dipungut anak oleh Sultan Al Huda itu hasil pertukaran dengan putrinya yang paling kecil, Putri Yang Ditukar dengan Alexander ini masih hidup sampai sekarang di Tangerang,"jelas Kang Faris.


Sementara dilain pihak dari beberapa kerabat atau family Keraton memunculkan beberapa nama calon sultan yang pantas mengganti Luqman Zulkaeidin.


"Ya, ada usulan nama-nama yang akan dijadikan sultan, kalau saya sih ya melihat bahwa itu rawan konflik, pada akhirnya nanti ketika penunjukan dengan mekanisme yang katakanlah dihitung janggal oleh salah satunya, maka akan terjadi konflik, tapi ya silakan silakan saja saya tidak bisa memberhentikan dan melarang," ujar Kang Faris.(Ali))

Share:
Komentar

Berita Terkini