Ramadhan, Momentum Kembali Meraih Kemuliaan

Redaktur author photo





WAKTU memang cepat berlalu, walaupun dengan segala keterbatasan di tengah pandemi tidak terasa kita sudah menjalani pekan ke dua di bulan suci Ramadhan. Inilah momentum bagi umat Islam untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Terlebih saat kondisi pandemi yang semakin membuktikan bahwa manusia bukanlah apa-apa.


Sejak lama, Ramadhan selalu identik dengan bulan penuh berkah dan bulan perjuangan. Apalagi ketika melihat bagaimana Rasulallah dan para Sahabat menjalani Ramadhan. Di bulan ini biasanya beliau semua lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas peribadahan, baik itu ibadah makhdah dan ghairu makhdah. Artinya mereka memperbanyak sholat sunnah, tadarus Al-Qur'an, dzikir, sedekah dan yang sejenisnya.


Tidak hanya itu dalam keadaan berpuasa inilah Rasulallah dan para Sahabat juga banyak melakukan Jihad fi sabilillah. Beberapa peperangan seperti perang Badar, Khondak dan futuhat Mekah itu dilakukan saat bulan Ramadhan. Rasulallah ingin mencontohkan kepada kita bahwa berpuasa bukanlah saat dimana kita bermalas-malasan. Bahkan sebaliknya, ketika berpuasa inilah momen dimana kita semakin menambah ketaatan dan perjuangan di jalan Allah SWT.


Rasa lapar dan haus tidak menjadikan umat Islam di masa lalu lalai dalam memperjuangkan agamanya. Bahkan, perjuangan semakin gencar dilaksanakan saat umat sedang melaksanakan shaum. Tidak hanya pada masa Rasulallah Muhammad Saw, perjuangan di bulan suci ini dicontoh juga oleh para pemimpin umat Islam setelah Rasulallah. Sebutlah Shalahuddin al-Ayyubi yang melawan kerajaan salib di Jerusalem (Perang Salib III), perang ini terjadi tepatnya pada Ramadan 682 H di saat musim panas.


Dibawah kepemimpinan beliau akhirnya pasukan kaum muslimin berhasil mengusir Tentara Salib keluar dari Suriah dan seluruh tanah yang mereka duduki. 

Sehingga menjadi gerbang pembuka penaklukan Jerusalem dan kembalinya Palestina ke tangan umat Islam.


Sungguh dimasa lalu umat Islam ada dalam kejayaannya, bahkan berbagai kemenangan itu diraih pada saat bulan Ramadhan ketika umat Islam sedang berpuasa. Karena Ramadhan saat itu dijadikan sebagai momentum perjuangan dimana pertolongan Allah begitu dekat kepada hamba-hambanya yang sedang dalam keadaan bersih dari dosa dan maksiat.


Adapun kita saat ini hendaknya bisa meneladani apa yang dilakukan Rasulallah, para Sahabat dan generasi setelahnya dalam melaksanakan ibadah shaum. Walupun tentu tidak dengan melakukan peperangan karena kondisi kita saat ini berbeda. Namun, perjuangan umat saat inipun tak kalah beratnya karena dapat kita lihat bahwa kondisi umat Islam saat ini sedang ada dalam masalah besar.


Dominasi paham sekulerisme yang meracuni umat Islam saat ini menjadikan umat kehilangan predikatnya sebagai "khairu ummah" atau umat terbaik karena telah melalaikan apa yang telah Allah SWT serukan. 

Sebagaimana firman Allah surat Ali Imron ayat 110 : 

“ Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kalian menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar serta beriman kepada Allah”.


Sekulerime yang telah mendeskriditkan agama di dalam kehidupan telah membuat umat Islam abai terhadap ajaran agamanya. Ajaran agama tidak lagi dijadikan pandangam hidup bermasyarakat dan bernegara namun dikerdilkan menjadi hanya pada ranah individu saja. Sehingga aktifitas beramar ma'ruf pun tidak lagi dilakukan oleh negara sebagaimana masa lalu.


Padahal, di dalam konsep Islam keberadaan seorang pemimpin dan institusi yang berlandaskan syariat Islam wajib adanya. Sebagai pelaksana hukum syariat sekaligus mengemban misi menyebarluaskannya ke seluruh dunia. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah di masa lalu. Posisi beliau bukan hanya sebagai utusan Allah semata, melainkan melihat dari aktivitas nya beliau juga adalah seorang kepala negara. Dan sepeninggal beliau urusan kaum Muslim ada pada tanggungjawab para Khalifah atau pemimpin Islam. Hal ini ditegaskan oleh sabda beliau :


"Dahulu Bani Israil selalu dipimpin oleh para Nabi, setiap Nabi meninggal maka akan digantikan oleh Nabi yang lain sesudahnya. Dan sungguh, tidak akan ada Nabi lagi setelahku, namun yang ada adalah para khalifah (kepala pemerintahan) yang jumlahnya banyak" ( HR. Muslim).


Dapat kita lihat saat ini ketika umat Islam tidak ada dalam satu kepemimpinan, sungguh ada dalam kondisi yang memprihatinkan. Untuk itulah, Ramadhan kali ini hendaklah kita jadikan momentum perjuangan untuk menerapkan kembali syariat Allah agar segera tegak di muka bumi. Niscaya umat Islam akan kembali memimpin dunia dan meraih kemuliaan, sebagaimana generasi emas dan para pendahulu kita dimasa lalu.


Wallahua'lam


Penulis: Lilis Suryani - Pengelola Lembaga Paud Aljabar dan Pegiat Literasi

Share:
Komentar

Berita Terkini