Inijabar.com, Kota Bekasi - United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan gamelan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda pada 15 Desember 2021. Hal tersebut membuat gamelan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia ke-12 yang ditetapkan oleh Komite Konvensi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Sebelum gamelan, beberapa Warisan Budaya Indonesia telah ditetapkan oleh UNESCO, seperti pencak silat, wayang, keris, dan sebagainya.
Pemerhati Seni dan Budaya Sunda Dedi Supriadi mengatakan, penetapan gamelan sebagai Intangible Cultural Heritage atau Warisan Budaya Tak benda (WBTB) ditetapkan pada Sidang UNESCO sesi ke-16 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Paris, Perancis pada 15 Desember 2021.
"Melalui penetapan ini, gamelan resmi menjadi warisan budaya dunia dari Indonesia yang ke-12," ujarnya, Selasa (22/3/2022).
Dijelaskan Dedi, Komite Konvensi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO menggali berbagai sejarah dan filosofi yang ada di balik gamelan sebagai salah satu pertimbangan untuk menetapkannya sebagai Warisan Budaya Tak Benda.
Menurut UNESCO, gamelan bukan hanya instrumen kesenian semata, melainkan juga instrumen yang mengajari berbagai hal, seperti sikap saling menghormati, mencintai, dan peduli satu sama lain.
"Gamelan memiliki nilai filosofis yang lebih kompleks dan menarik dibandingkan warisan budaya lainnya. Gamelan merupakan Warisan Budaya Tak Benda yang telah ada sejak lama, yakni sejak 404 Masehi," tuturnya.
Menurut dia, alat musik asal Indonesia ini, mengikuti jejak para pendahulunya yang sebelumnya telah menjadi warisan budaya dunia. Sebut saja Wayang (2008), Keris (2008), Batik (2009), Pendidikan dan Pelatihan Membatik (2009), Angklung (2010), Tari Saman (2011), Noken (2012), Tiga Genre Tari Bali (2015), Kapal Pinisi (2017), Tradisi Pencak Silat (2019), dan Pantun (2020).
Dalam pemanfaatannya, gamelan bisa digunakan dalam berbagai kegiatan. Sebagai alat musik tradisional, gamelan tidak hanya dipakai dalam pertunjukkan seni, namun juga bisa digunakan pada acara adat dan ritual keagamaan tertentu. Misalnya dalam pernikahan adat ataupun ritual keagamaan seperti di agama Hindu di Bali.
Menurut UNESCO, filosofis gamelan lebih dari sekadar pertunjukan. Gamelan juga berperan sebagai sarana ekspresi budaya serta membangun koneksi antara manusia dengan semesta.
"UNESCO menilai gamelan yang dimainkan secara orkestra mengajarkan nilai-nilai saling menghormati, mencintai, dan peduli satu sama lain," tambah Dedi.
Di luar sana, masih banyak warisan budaya Indonesia lainnya yang siap dikenal oleh dunia. Oleh karena itu, jangan sampai budaya-budaya tersebut terlupakan dan hilang begitu saja tanpa terwariskan. Mari rawat dan lestarikan budaya di Indonesia agar bisa mendunia.
Gamelan Milik Siapa?
Musik gamelan yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan tak benda, milik bangsa Indonesia. Seperti gamelan Sunda, Jawa, dan Bali.
Pertanyaannya, adakah kebanggaan kita sebagai bangsa pemilik gamelan?.
Walaupun Presiden dan Mendikbud mengapresiasi, tetapi penetapan gamelan (Sunda, Jawa dan Bali) tidak ada ritual kebanggaan atas pengakuan tersebut. Membuat acara yang dikemas untuk mengapresiasi gamelan warisan dunia.
Gamelan yang diapresiasi sebagai warisan dunia, sepi dari sambutan para pewarisnya, sebagai pemilik gamelan. Anehnya gamelan ini kembangkan, dan dilestarikan di Eropa, Amerika dan Australia. Berapa banyak sekolah-sekolah dan Perguruan tinggi di barat menggalakan kegiatan ektrakurikuler gamelan.
"Kampus-kampus di Amerika Serikat menempatkan gamelan Sunda dan Jawa di ruang depan. Bandingkan di Indonesaia ada gamelan Sunda atau Jawa di taruh di gudang tak terawat, padahal kita (Sunda atau Jawa) memiliki sesungguhnya," tegasnya.
Walaupun Indonesia banyak mempunyai stasiun televisi, tetapi musik gamelan tidak mempunyai tempat untuk mengiringi film sinetron atau acara-acara lainnya.
Jika harus membandingkan penikmat musik gamelan, sama sedikitnya dengan kaum muda pengguna Bahasa Sunda di daerah Tatar Sunda. Banyaknya media televisi harus memperlihatkan keenganan yang kentara dalam mendongkrak citra musik gamelan.
Alasannya sangat klise, tidak sesuai dengan selera pasar. Dan, tidak ada niat untuk menempatkan musik gamelan dideretan musik terhormat dan sekaligus menjadikannya jenis musik idaman.
"Pada hal media ini dalam daya jangkaunya yang sangat luas dan kemampuannya dalam membentuk opini," paparnya.
Menurut seorang penikmat gamelan bernama Elsya Tri Ahaddini seorang penikmat musik dari Sumedang, gamelan memang bukan pelembut cucian. Tapi, dari sinilah bisa mengamati, bagaimana pemirsa televisi terutama remaja dan anak-anak bisa jatuh cinta pada musik gamelan, kalau melihat dan mendengar saja tidak pernah?.
Ia pun mengatakan, ketika generasi muda cuek terhadap gamelan, bahkan tidak kenal, ironisnya gamelan Sunda dan mendapat terhormat di negeri fashion (Perancis) sebuah negara adidaya teknologi dan budaya yang secara historis maupun kultur tak ada hubungannya dengan Indonesia.
"Negeri ini memposisikan gamelan pada tempat bergengsi. Prancis pernah mendirikan Tahun Gamelan 2002, sesuatu yang tak pernah kita miliki," ungkapnya tegas.
Bahkan, Perancis memilih musik gamelan sebagai mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah umum. Program gamelan di Prancis, mulai di Musee de Ihomme sejak tahun 1985. Sebuah komplek musik yang dibangun pada tahun 1983 di Parc de la Villette. Gamelan juga mendapat tempat di opera-opera, pertunjukan musik, televisi, radio (France Culture) dengan peminat yang banyak.
Gamelan Indonesia (Sunda dan Jawa) berkembang juga di Negeri Paman SAM (USA), negeri ini memiliki 300 perangkat gamelan. Dan, disana ada sekolah khusus yang mempelajari gamelan, dan dinikmati banyak orang.
"Padahal gamelan bisa mengcounter terhadap kecenderungan dan perilaku masyarakat modern yang semakin individualis, kaku, multikultur, multietnis dan sarat dengan perbedaan. Pasalnya gamelan punya karakter tidak berpihak, mementingkan kebersamaan dan kelenturan," imbuh Dedi.
Dalam permainan musik tradisional ini, dan tak seorang pun yang paling penting. Pemainnya bekerja bersama dari awal sampai akhir.(giri)