Covid Menurun, Sudah 300 Warga Subang Bikin Paspor TKI

Redaktur author photo




inijabar.com, Subang- Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Pemkab Subang megungkapkan,  lebih dari 300 warga Subang melakukan perekaman atau pembuatan paspor untuk bekerja ke luar negeri sejak awal hingga pertengahan tahun 2022 ini.


“Ada sekitar 300 lebih warga Subang yang membuat paspor di Disnakertrans, umumnya mereka akan bekerja menjadi TKI ke luar negeri,” ujar Andrie Lesmana, selaku Fungsional Pengantar Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, yang ditugaskan di Disnakertrans Subang, Rabu (29/6/2022).


Andrie menjelaskan, proses pembuatan paspor di Disnakertrans Subang, hanya untuk warga yang akan bekerja menjadi TKI ke luar negeri.


“Proses pembuatan paspor di Disnakertrans Subang hanya dikhususkan untuk warga yang akan bekerja ke luar negeri, bukan pembuatan paspor umum,” katanya.


Andrie mengakui pembuatan paspor untuk TKI sejak Pandemi Covid-19 melandai, mulai kembali banyak.


“Pembuatan paspor untuk TKI masih banyak, karena sejak Pandemi Covid-19 melandai, beberapa negara tujuan TKI mulai membuka kembali lowongan pekerjaan untuk TKI,”tandasnya.


Andrie menjelaskan, hingga saat ini, minat warga Subang menjadi TKI atau bekerja ke luar negeri masih sangat tinggi.


Tercatat ada 3 kecamatan yakni Pusakanagara, Compreng dan Pusakajaya yang warganya banyak memilih bekerja ke luar negeri menjadi Pekerja Migran (TKI) yang mayoritas bekerja menjadi Asisten Rumah tangga (ART).


“Subang juga masuk menjadi 5 daerah penyumbang terbanyak tenaga kerja Indonesia (TKI), atau pekerja migran Indonesia (PMI) Jawa Barat, bersama Kabupaten Karawang, Indramayu, Cianjur dan Majalengka,”jelasnya.


Di menyebut berbagai alasan dan faktor utama, banyaknya warga Subang yang memilih bekerja menjadi TKI.

 

“Faktor utama banyaknya masyarakat Subang yang bekerja ke luar negeri adalah soal minimnya lapangan kerja, sekalipun ada harus pakai uang terlebih dahulu, selain itu faktor ekonomi keluarga juga sangat mempengaruhi,” ungkap Andrie.


Menurut Andrie, selain faktor ekonomi keluarga dan minimnya lapangan kerja, Memang masih ada beberapa variabel lain yang ikut menjadi daya dorong masyarakat Subang untuk mencari kerja ke luar negeri.


“Variabel-variebal itu antara lain, karena ada iming-iming untuk mendapat uang dalam jumlah banyak setiap bulan, dan gaji mereka akan dibayar dengan menggunakan mata uang dolar.


“Inilah yang membuat mereka tidak lagi berpikir soal risiko yang dihadapi selama bekerja di luar negeri sekalipun bekerja sebagai tenaga kerja ilegal,” katanya.


Andrie, juga mengungkapkan, sebelum Pandemi Covid-19, warga Subang setiap tahunnya yang bekerja sebagai TKI keluar negeri mencapai ribuan orang.


“Sebelum Pandemi, per tahunnya warga Subang yang berangkat kerja keluar negeri mencapai rata-rata lebih dari 1.000 orang, bahkan di tahun 2019 mencapai lebih dari 8.000 orang, sektor kerjaan yang dipilih umumnya Asisten Rumah Tangga,”pungkasnya.(*)

Share:
Komentar

Berita Terkini