Akhlak Mulia Mendorong Prestasi Pendidikan Bermutu

Redaktur author photo



Wuri Hartini


ISLAM diyakini sebagai salah satu agama samawi yang memiliki karakteristik teologis sangat jelas dan tegas. Kejelasannya tertuang dalam sumbernya yang lengkap dan sempurna. Sementara ketegasannya terlihat dari teladan Rasul-Nya yang agung dan mulia. 


Doktrin Islami yang senantiasa konsisten dan establish akan pentingnya kepribadian mulia, sejatinya dijadikan pandangan hidup dan kehidupan manusia agar benar-benar menjadi manusia. Manusia yang tak berakhlak mulia, ia sesungguhnya belum menjadi manusia yang sejati, melainkan sosok makhluk berkekurangan yang membutuhkan pendidikan lahir dan batin.


Kemuliaan manusia tidaklah tertumpu pada tingkat dan kemampuan ekonomi dan keuangan, tidak juga pada jabatan dan kedudukan serta tidak pula pada kecantikan atau ketampanan fisikal. 


Kemuliaan manusia sangat bergantung kepada mutu dan kualitas keimanan dan ketaqwaannya. Iman yang terimplementasikan dalam segala aktivitas duniawi dan ukhrawi, taqwa yang selalu mewarnai cara berinteraksi dan berkolaborasi dengan sesama manusia tanpa pilih kasih.


Ada sepuluh indikator kemuliaan manusia perspektif Islam:

[cut]


1. Bertutur kata yang jujur, baik dan benar

2. Menutup aurat, rapih dan bersih

3. Performa fisik yang indah dan harum

4. Rendah hati, ramah, sopan dan santun

5. Bergaul dengan orang yang baik (shaleh)

6. Menjaga kehormatan diri dan orang lain

7. Makan dan minum yang halal dan thayyib

8. Berjiwa besar, tegas, dan disiplin

9. Bersahabat di segala keadaan (qona'ah)

10. Kasih sayang terhadap sesama manusia


Dalam terminologi bahasa arab, akhlak berarti wujud kepribadian, watak, sikap, dan perilaku yang tercermin dari penampilan ragawi. Dengan akhlak ini seseorang dapat diketahui apa, bagamana dan untuk apa ia hidup. 


Manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Tuhan (Allah Swt), yang diberi kelebihan dan kesempurnaan fisik dan psikis di bandingkan dengan hewan, tumbuhan dan ciptaan lainnya. Dengan kesempurnaannya, manusia  dituntut harus mampu menjadi sosok yang benar-benar beda. 


Perbedaannya adalah di samping akal cerdas, juga tekstur tubuh yang ideal yang sangat baik. Akal mengawal manusia berpikir sehat, baik dan benar, sementara raga memungkinkan manusia untuk bergerak dan berkembang dengan baik pula. 

[cut]


Upaya serius agar manusia menjadi manusia adalah kasab dan ikhtiar. Kasab yakni langkah ragawi untuk mencari karunia terbaik yang dihamparkan Sang Pencipta dengan cara yang halal, baik dan benar. Ikhtiar yaitu langkah rohani dalam rangka mengawal jasmani agar dalam proses pencarian karunia Tuhan tidak keliru atau menyimpang dari ketentuan Allah Swt. 


Eksistensi manusia di dunia kini adalah manifestasi hidup di akhirat kelak. Kondisi hidup di akhirat sangat ditentukan oleh kebaikan dan keburukan hidup di dunia. Oleh karena itu hidup manusia di dunia adalah jembatan menuju akhirat alam kehidupan abadi. 


Setelah manusia hidup di dunia pada saatnya nanti akan kembali kepada Sang Pencipta, guna mempertanggungjawabkan amal dan kinerja duniawinya. Apakah selama di dunia telah hidup sesuai dengan petunjuk Al-Quran atau tidak, apakah telah meneladani  Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul-Nya atau tidak? 


Oleh karena itu, al-Quran sejatinya menjadi kitab dan pedoman hidup yang ditaati nilai dan moral yang terkandung di dalamnya. Sehingga pada akhirnya watak manusia akan selaras dengan kemuliaan alquran yang menjadi sumber nilai kepribadian yang hebat.

[cut]



Terminologi "hebat" mengandung pengertian kebaikan yang luar biasa. Dalam bahasa arab makna yang sepadan dengan kebaikan yang luar biasa adalah kalimat الخير. Khair artinya sangat baik, di mana kebaikannya tidak hanya berdampak kepada pelakunya, namun juga dapat dirasakan oleh lingkungan sekitar.  Seorang yang beriman, bertaqwa dan beramal shaleh adalah wujud nyata dari pengertian "hebat". 


Muslim yang hebat adalah dia yang memiliki komitmen teologis, konsisten dalam perilaku baiknya, dan optimis bahwa segalanya akan dapat tercapai manakala proses pencapaiannya dilakukan bersama Allah Sang Pencipta yang Maha Agung.


Kehebatan yang dibangun di atas landasan keimanan dan ketaqwaan adalah kehebatan yang bermutu. Sebab sehebat apapun seseorang, jika dikawal imtaq, maka tak akan memberi manfaat sedikitpun baik bagi dirinya maupun orang lain. Sebaliknya manakala kehebatan berkualitas itu dimiliki, maka prestasi dan prestise dengan mudah akan dinikmati, mewarnai denyut jantung kehidupan yang bermakna. Maka muliakan diri dengan akhlak, mantapkan jiwa dengan prestasi yang bermanfaat.


Pendidikan yang utuh, efektif dan sustainable adalah proses pendidikan yang mampu melahirkan anak didik yang moralis, kafable, dan prestatif. Tiga core sasaran  utama pendidikan ini tidak akan tercapai, kecuali dengan sinegitas orang tua, penyelenggara pendidikan secara utuh, user, dan pemerintah, serta masyarakat secara integral.


Strategi yang mungkin dapat diterapkan guna menyongsong luaran pendidikan bermutu adalah manajeman modern terintegrasi. Pola transformasinya melalui transfer of knowledge, transfer of culture, dan transfer value. Target kafasitas knowledege fokus pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 

[cut]


Culture disajikan secara dinamis sesuai dengan mobilitas global, namun tetap dikawal culture lokal sebagai pilternya. Value merupakan inti dan saripati pendidikan yang harus menjadi sasaran transenden para pendidik. Semua kompetensi harus berbasis value, baik yang bersumber dari sistim Keislaman maupun dari sistem keindonesiaan.


Oleh: Wuri Hartini, S.Pd.I-(Guru MTs Riyadlul Hidayah Al Munawwarah Jatinagara Ciamis)

Share:
Komentar

Berita Terkini