inijabar.com, Kota Bekasi - Anggaran penyelenggaraan Festival Pemuda (Agent of Change) yang diselenggarakan di GOR Kota Bekasi beberapa waktu yang lalu dianggap tidak maksimal oleh sejumlah peserta.
Bahkan penilaian yang dilakukan terhadap sejumlah booth peserta pun dikeluhkan peserta karena terkesan tidak adil.
Menanggapi hal tersebut, salah seorang Kepala Bidang di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Bekasi, Muhammad AR, membantah tudingan tersebut.
"Tidak benar itu," sanggahnya.
Ia menjelaskan, terkait anggaran sebesar Rp2 miliar yang digelontorkan, sebenarnya rangkaian kegiatannya sudah dilakukan sejak tahun 2022 yang lalu, seperti kegiatan pelatihan membuat powerbank dari baterai bekas, wirausaha pemula dan madya, uji kompetensi fotografi, wirausaha tingkat atas, edukasi daur ulang sampah hingga pelaksanaan festival pemuda serta pojok permainan rakyat.
"Anggaran yang digelontorkan dimanfaatkan untuk sejumlah pelatihan-pelatihan dan puncaknya event kemarin,"tandasnya.
Sebelumnya, Acara bertajuk Festival Pemuda Agent Of Change dikritisi sejumlah pihak. Pasalnya acara yang memakai anggaran Bantuan Provinsi (Banprov) tersebut dinilai hanya menghambur-hamburkan uang tanpa out put yang jelas.
"Kami tidak bisa mengabaikan fakta bahwa pelaksanaan acara terlihat amburadul. Jadwal yang tidak teratur, ketidakjelasan dalam petunjuk teknis, dan kurangnya koordinasi menyebabkan acara tidak berjalan sebagaimana mestinya. Ini bukan saja merusak pengalaman kami sebagai peserta, tetapi juga memberikan kesan yang kurang menguntungkan pada semua pihak yang terlibat,"tulis Nofel Network sebuah komunitas pemuda dan budaya.
"Kami khawatir dengan pengelolaan anggaran daerah yang tampaknya tidak efisien. Kami percaya bahwa anggaran yang dialokasikan harus digunakan dengan bijak dan sesuai dengan tujuan acara. Namun, kami merasa bahwa ada pemborosan yang tidak perlu dan penggunaan dana yang tidak transparan,"tuturnya.(giri)