Survey 100 Hari Kerja, Kepuasan Warga Jabar Pada KDM 94 Persen

Redaktur author photo

inijabar.com, Jakarta- Founder dan Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menyatakan, kepuasan warga Jawa Barat terhadap Dedi Mulyadi dalam 100 hari sebagau Gubernur Jabar sangat tinggi berbanding terbalik dengan kepuasan terhadap kinerja Pemprov Jabar itu sendiri.

Burhanuddin menilai, responden dalam survei ini cenderung memisahkan penilaian antara institusi pemprov dengan figur pemimpinnya

Warga Jabar, kata dia, seolah memberikan kredit kepada pribadi Dedi Mulyadi, tapi tidak pada institusinya.

"Jawa barat menarik, persepsi terhadap Gubernur Dedi Mulyadi sangat positif, tetapi kinerja pemprov di beberapa isu di bawah 50 persen. Artinya sepertinya warga Jabar itu memberi kredit Dedi Mulyadi sebagai gubernur, tetapi kinerja pemprovnya tidak seluruhnya diapresiasi," tuturnya.

Menurut Burhanuddin, ada faktor partisan yang berperan dalam memengaruhi persepsi publik. Selain itu, terdapat pula kecenderungan publik untuk hanya memuja pemimpinnya dan mengabaikan kinerja institusinya.

"Ada efek partisan yang membuat mereka tidak menyalahkan pemimpinnya. Padahal sebagai pemimpin tidak bisa dipisahkan dengan kinerja institusinya,"ucapnya.

Hasil survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia, tingkat kepuasan warga terhadap Dedi Mulyadi mencapai 94,8 persen. Namun, nilai kinerja Pemprov Jabar dalam berbagai bidang, hasilnya di bawah 50 persen.

Senada dikatakan Direktur Riset Indikator Politik Indonesia, Adam Kamil, bahwa, dalam survei ini terjadi kesenjangan antara persepsi terhadap pemimpin dan institusi yang dipimpinnya. 

"Umumnya, masyarakat menilai kinerja pemerintah provinsi cukup positif. Tapi ketika kita telaah lebih dalam, ada beberapa isu spesifik yang ternyata belum terlalu memuaskan publik," ujar Adam Kamil, Rabu (28/5/2025).

Di Jawa Barat, kata dia, terdapat beberapa poin yang kurang meyakinkan evaluasi publiknya, yakni masalah kemiskinan 42 persen, masalah kemudahan akses permodalan 43 persen, pembinaan koperasi 43 persen, dan peningkatan kualitas tenaga kerja 47 persen. 

"Kita jangan sampai memunculkan kultus. Makanya kalau ada kinerja institusi yang tidak positif, pemimpinnya juga harus dimintai pertanggungjawaban," ucapnya.

Share:
Komentar

Berita Terkini