Sampah Menumpuk Di Pasar Jatiasih Buka Tabir Ternyata Pengelola Tak Punya Truk Sampah Sendiri

Redaktur author photo
Tumpukan sampah di Pasar Jatiasih yang menimbulkan bau tak sedap dianggap mengganggu aktifitas pedagang dan pengunjung

inijabar.com, Kota Bekasi- Viralnya video kondisi sampah yang menumpuk di Pasar Jatiasih bukan hanya soal penuhnya antrian truk sampah di TPA Sumurbatu Bantargebang, tapi juga membuka tabir bahwa PT.MSA (Mukti Sarana Abadi)  selaku pengelola pasar tersebut belum memiliki armada truk sampah sendiri seperti yang tertuang dalam perjanjian kerjasama (PKS) dengan Pemkot Bekasi.

Padahal, saat sejumlah anggota Komisi 2 DPRD Kota Bekasi melakukan sidak ke Pasar Jatiasih beberapa pada awal tahun 2024. Pengelola pasar dengan bangga menunjukan sebuah mobil truk sampah yang terlihat baru. Namun belakangan ternyata mobil tersebut entah kemana keberadaannya tak tau rimbanya.

Hal tersebut turut dikomentari Camat Jatiasih, Ashari yang menegaskan pentingnya kemandirian pengelolaan sampah di setiap pasar tradisional di Kota Bekasi termasuk Pasar Jatiasih.

Pengelola pasar, kata dia, seharusnya memiliki fasilitas dan armada sendiri, termasuk truk pengangkut sampah, agar pengelolaan limbah pasar tidak sepenuhnya bergantung pada Dinas Lingkungan Hidup.

“Pasar seharusnya punya kemandirian dalam pengelolaan sampah. Minimal mereka memiliki truk pengangkut sendiri untuk memastikan sampah tidak menumpuk dan mengganggu aktivitas jual-beli,” ujar Ashari, Jumat (17/10/2025).

Ashari menjelaskan, pengelolaan pasar berada di bawah kewenangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin), yang memiliki bidang khusus dalam urusan kebersihan dan pengelolaan pasar. Namun, dalam praktiknya, masih banyak pasar yang belum memiliki sistem pengelolaan mandiri dan fasilitas pendukung yang memadai.

“Secara prinsip, pasar dikelola di bawah Disdagperin. Mereka bisa mandiri, baik dengan memfasilitasi dirinya sendiri maupun bekerja sama dengan pihak lain. Tapi faktanya, masih ada pasar yang tidak memiliki sarana pengangkutan sampah yang layak,” jelasnya.

Ashari mencontohkan Pasar Jatiasih, yang hingga kini masih menghadapi persoalan keterlambatan pengangkutan sampah. Kondisi itu kerap menimbulkan bau tidak sedap dan mengganggu kenyamanan pedagang maupun pengunjung pasar.

“Ketika sampah telat diangkut, itu jadi fakta di lapangan yang menimbulkan pencemaran bau. Ini jelas mengganggu aktivitas jual-beli dan merugikan pedagang,” ujarnya.

Ia menegaskan, pasar memiliki potensi besar untuk menerapkan sistem pemilahan sampah yang efektif. Dengan pengelolaan yang baik, sampah organik dan anorganik dapat ditangani lebih efisien dan tidak semua harus dibuang ke TPA Sumur Batu, yang kini juga berada dalam kondisi darurat kapasitas.

“Pasar sebenarnya paling mudah menerapkan pemilahan antara sampah basah dan kering. Kalau ini dijalankan, pembuangan bisa lebih optimal dan tidak menambah beban di TPA Sumur Batu,” tuturnya.

Ashari pun mendorong pengelola pasar untuk segera berkoordinasi dengan dinas terkait dalam penyediaan sarana dan armada pengangkut sampah, agar masalah kebersihan di lingkungan pasar dapat diselesaikan secara permanen.

“Koordinasi lintas sektor harus dilakukan. Pengelola pasar wajib punya sistem sendiri agar persoalan sampah tidak terus jadi langganan keluhan warga,” pungkasnya.(firman)

Share:
Komentar

Berita Terkini