Ini Enam Tokoh Jawa Barat yang Layak Dapat Gelar Pahlawan Nasional

Redaktur author photo
Ke enam tokoh asal Jawa Barat yang layak mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional

inijabar.com, Kota Bandung - Negeri Indonesia tidak kekurangan tokoh-tokoh di seluruh pelosok negeri yang layak menyandang gelar pahlawan nasional. Tidak hanya sebatas berperang melawan penjajah namun dalam dedikasi bidang lainnya patut dan layak mendapat penghormatan dari negara.

Termasuk dari tanah Pasundan lahir banyak tokoh besar yang mengabdikan hidupnya untuk bangsa. Namun, tidak semua nama mereka terukir dalam daftar resmi Pahlawan Nasional. Padahal, jasa dan perjuangan mereka tak kalah hebat dibanding tokoh-tokoh lain di panggung sejarah Indonesia.

Tidak hanya enam bahkan lebih. Namun redaksi memilih secara subjektif enam urutan tokoh yang sudah diajukan oleh berbagai elemen masyarakat untuk mendapat gelar kehormatan sebagai pahlawan nasional.

Berikut enam tokoh asal Jawa Barat yang dinilai layak menyandang gelar Pahlawan Nasional, bukan hanya karena perjuangan bersenjata, tetapi juga karena dedikasi mereka dalam diplomasi, pendidikan, dan kebudayaan.

1. KH Abbas Abdul Jamil — Ulama dan Panglima Santri dari Cirebon

Di tengah hiruk-pikuk revolusi 1945, nama KH Abbas Abdul Jamil dari Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, menjadi simbol perlawanan santri terhadap penjajahan. Ulama besar Cirebon ini dijuluki Singa dari Jawa Barat

Ia memimpin ribuan santri dari Jawa Barat menuju Surabaya, bergabung dalam pertempuran 10 November yang legendaris. 'Allahu Akbar' menjadi seruan yang menggema dari pasukan santri di bawah komandonya.

Selain berjuang di medan perang, KH Abbas juga dikenal sebagai pembaharu pesantren. Ia memasukkan pelajaran umum ke kurikulum keagamaan, mencetak santri-santri yang kelak menjadi tokoh masyarakat.

Kini, masyarakat Cirebon masih menanti pengakuan resmi: menjadikan KH Abbas sebagai Pahlawan Nasional.

2. Marsekal R. Suryadi Suryadarma  Arsitek Kekuatan Udara Indonesia

[cut]



Dikenal sebagai Kepala Staf Angkatan Udara pertama, R. Suryadi Suryadarma adalah sosok militer visioner asal Cirebon.

Ketika Indonesia baru saja merdeka, Suryadarma membangun fondasi pertahanan udara dari nol. Ia melatih penerbang, membeli pesawat dari donasi rakyat Aceh (Dakota RI-001 Seulawah), hingga mengibarkan nama Indonesia di udara dunia.

Dalam catatan sejarah, Suryadarma adalah penggagas banyak tradisi dan struktur yang kini menjadi dasar TNI AU modern. Namun hingga kini, gelar Pahlawan Nasional masih belum disematkan padanya.

3. Prof. Mochtar Kusumaatmadja - Diplomat dari Tanah Priangan

Nama Prof. Mochtar Kusumaatmadja dikenal di dunia hukum dan diplomasi internasional. Lahir di Jawa Barat, ia adalah Menteri Kehakiman dan Menteri Luar Negeri yang memperjuangkan konsep Negara Kepulauan (Archipelagic State) di Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Berkat gagasannya, Indonesia diakui sebagai satu kesatuan wilayah dari Sabang sampai Merauke, bukan kumpulan pulau-pulau terpisah.

Ia bukan hanya ahli hukum, tetapi juga peletak dasar politik luar negeri Indonesia yang berdaulat dan modern.

Masyarakat akademik dan pemerintah Jawa Barat kini mendorong agar namanya segera disahkan sebagai Pahlawan Nasional bidang diplomasi.

4. KH Sholeh Iskandar - Pejuang, Ulama, dan Pendidik dari Bogor

Nama KH Sholeh Iskandar akrab di telinga warga Bogor, tak hanya karena jalan utama kota ini menyandang namanya.

[cut]


Ia adalah pejuang kemerdekaan yang pernah memimpin pasukan Brigade Tirtayasa dalam pertempuran mempertahankan Republik pada 1947–1950.

Setelah perang, KH Sholeh tidak berhenti berjuang. Ia mendirikan Pesantren Pertanian Darul Falah, menggabungkan pendidikan agama dan keterampilan pertanian — jauh sebelum istilah pemberdayaan masyarakat populer.

Perjuangannya membuktikan bahwa jihad bukan hanya di medan perang, tetapi juga dalam membangun kesejahteraan rakyat.

5. Inggit Garnasih - Perempuan yang Membentuk Soekarno Muda

Banyak yang mengenalnya hanya sebagai istri kedua Soekarno, namun Inggit Garnasih lebih dari sekadar pendamping.

Perempuan asal Bandung ini adalah sumber kekuatan dan inspirasi bagi Soekarno muda saat merintis perjuangan politik di masa penjajahan.

Di rumah kontrakannya di Jalan Ciateul, Inggit menjahit, berjualan jamu, bahkan menggadaikan perhiasannya demi biaya perjuangan sang suami. Ia mendampingi Soekarno dalam masa pembuangan ke Ende dan Bengkulu, tanpa pamrih, tanpa kemewahan.

Kini, banyak pihak menilai Inggit layak diberi gelar Pahlawan Nasional perempuan dari Jawa Barat, bukan hanya karena ia istri tokoh besar, tetapi karena keteguhan dan pengorbanannya yang tulus.

6. Rd. Dewi Sartika - Pelopor Pendidikan Perempuan

Meskipun sudah lama diakui secara lokal, nama Rd. Dewi Sartika masih layak mendapat penguatan pengakuan nasional.

[cut]


Lahir di Cicalengka, Bandung, pada 1884, Dewi Sartika mendirikan Sekolah Keutamaan Istri pada masa kolonial — lembaga pendidikan pertama untuk perempuan pribumi di Jawa Barat.

Di masa ketika perempuan masih terkungkung adat dan patriarki, Dewi Sartika membuka jalan bagi lahirnya generasi perempuan terdidik.

Ia adalah simbol emansipasi Sunda, sejajar dengan RA Kartini di Jawa Tengah. Gelar Pahlawan Nasional memang pernah diberikan, namun penguatan nilai dan sosialisasinya di tingkat nasional masih perlu ditingkatkan.

Warisan yang Belum Dikenang

Dari Cirebon hingga Bandung, dari Bogor hingga Priangan, jejak pengabdian para tokoh ini menyebar ke seluruh Nusantara. Mereka berjuang dengan cara yang berbeda, lewat senjata, pena, diplomasi, hingga kasih tanpa pamrih.

Namun satu hal sama: mereka lahir dari tanah Sunda, dan berjuang untuk Indonesia.

Sudah waktunya negara menengok kembali jasa-jasa mereka, memberi tempat yang pantas dalam sejarah nasional.

Karena bangsa yang besar bukan hanya mengenang pahlawan yang sudah dikenal, tapi juga mengangkat mereka yang berjasa namun belum diakui.(*)

Share:
Komentar

Berita Terkini