Badan Geologi Minta Warga Arjasari Tetap Mengungsi, Ini Alasannya

Redaktur author photo

 


inijabar.com, Kabupaten Bandung- Plt Kepala Badan Geologi, Lana Saria, mengatakan, curah hujan tinggi dengan durasi panjang menjadi pemicu utama pergerakan tanah di kawasan pemukiman di Arjasari, Kabupaten Bandung.

“Material di lereng Sinapeul tersusun dari batuan vulkanik yang sudah mengalami pelapukan. Setelah jenuh air, komposisinya menjadi gembur dan mudah bergerak. Kondisi topografi yang curam semakin memperbesar risiko longsor,” ujarnya. Minggu (7/12/2025).

Lana menjelaskan, kondisi sistem drainase permukaan di sekitar permukiman dinilai tidak memadai sehingga air hujan terakumulasi dan menambah beban pada lereng.

Situasi itu membuat gerakan tanah dapat terjadi sewaktu-waktu, terutama ketika hujan deras turun dalam jangka panjang.

"Akumulasi air di permukaan tanah yang tidak tersalurkan dengan baik membuat tekanan pori meningkat dan lereng kehilangan kestabilannya,” katanya.

Data pemetaan geologi menunjukkan bahwa wilayah Desa Wargaluyu berada dalam zona potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi berdasarkan prakiraan risiko selama bulan Desember 2025.

Lana juga menyatakan, kawasan tersebut juga termasuk dalam wilayah yang berpotensi mengalami banjir bandang atau aliran material rombakan apabila terjadi longsor dalam skala lebih besar.

Selain analisis geologi, Badan Geologi juga mengingatkan bahwa kondisi lapangan saat ini belum stabil sehingga terdapat kemungkinan terjadi longsor susulan.

Lana menyatakan, masyarakat di sekitar lokasi diminta tetap mengungsi, terutama warga yang tinggal pada bagian lereng atau di bawah area guguran tanah.

Sekedar diketahui, peristiwa gerakan tanah kembali melanda kawasan pemukiman di Arjasari, Kabupaten Bandung, pada Jumat (5/12/2025) sekitar pukul 16.00 WIB.

Longsor yang terjadi di Kampung Condong, Desa Wargaluyu tersebut menimbun rumah warga dan menyebabkan lima bangunan mengalami kerusakan berat.

Selain itu, tiga warga dilaporkan masih tertimbun, dijalankan proses pencarian oleh tim gabungan.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral merilis laporan resmi tanggapan bencana yang menyebutkan bahwa total rumah terdampak mencapai 100 unit.

Sebanyak 400 warga juga telah dievakuasi ke pengungsian untuk menghindari risiko lanjutan.

Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa longsor diperkirakan merupakan jenis gerakan tanah tipe rotasional yang terjadi pada lereng curam Gunung Sinapeul dengan komposisi batuan hasil pelapukan.(*)

Share:
Komentar

Berita Terkini