Kongres PSSI Jabar Ditunda, Gol Ikut Tertunda?

Redaktur author photo

DALAM sepak bola Jawa Barat, ada satu taktik yang paling konsisten: menunda pertandingan sebelum kick-off.

Bukan karena hujan. Bukan karena lampu stadion mati. Tapi karena kongres belum siap dimainkan.

Surat resmi PSSI Jawa Barat keluar rapi, bahasanya sopan, kop suratnya wangi tinta baru. Isinya satu: penundaan Kongres Biasa Pemilihan.

Alasannya klasik, menunggu informasi lebih lanjut. Dalam sepak bola, ini mirip wasit yang meniup peluit sambil berkata, “Tunggu dulu, saya juga belum yakin.”

Sepak Bola ala Rapat RW

Kongres itu ibarat rapat warga. Bedanya, kalau rapat RT ditunda, paling urusan got. Tapi kalau kongres PSSI Jabar ditunda, masa depan ribuan pemain ikut mengambang.

Jawa Barat ini bukan provinsi kemarin sore, realitanya SSB (Sekolah Sepak Bola) bejibun. Lapangan ada. Anak muda lari-lari tiap sore.

Tapi begitu masuk ruang organisasi, bola mendadak berat. Bukan karena basah, tapi karena kepentingan lebih licin dari lapangan habis hujan.

Surat Jalan Lebih Cepat dari Prestasi

Ironi sepak bola nasional itu sederhana banget. Surat edaran cepat beredar. Surat panggilan Timnas sering telat. Kongres ditunda, prestasi ikut pending

Di atas kertas, Jawa Barat adalah 'lumbung pemain'. Tapi di lapangan, yang sering dipanen justru alasan.

Alasan belum siap. Alasan menunggu pusat. Alasan situasi nasional.

Padahal bola tidak pernah menunggu. Ia menggelinding ke mana kaki paling siap.

Timnas: Korban Tidak Langsung Rapat Panjang

Tim nasional kita ini seperti anak kos, ah masa sih?. Iya, Orang tuanya (daerah) ribut terus, tapi anaknya disuruh berprestasi.

Pembinaan usia dini terganggu. Kompetisi daerah setengah hidup. Talent scouting pakai feeling, bukan sistem.

Akhirnya timnas, kadang menang karena bakat alami, sering kalah karena organisasi seadanya.

Pelatih silih berganti, pemain disalahkan, padahal akar masalahnya sering nyangkut di meja rapat yang tak pernah selesai.

Kongres Bukan Sekadar Pilih Ketua

Di sepak bola waras, kongres itu merupakan peta jalan, kompas pembinaan, dan juga sebagai garis start kompetisi.

Di sepak bola kita, kongres sering berubah jadi  arena uji kekuatan, lomba hitung suara, atau sekadar menunggu momen aman.

Maka tak heran, banyak pemain muda jago juggling, tapi federasinya jago mengulur waktu.

Jawa Barat dan Filosofi 'Main Aman'

Sepak bola Jawa Barat punya filosofi unik: Lebih baik imbang di ruang rapat, daripada kalah di bilik suara.

Akibatnya program ditahan, keputusan digantung, organisasi berjalan dengan gigi satu.

Sementara provinsi lain mulai berbenah, Jawa Barat masih sibuk memastikan siapa duduk di kursi, bukan siapa lari di sayap kanan.

Ketika Sepak Bola Dikelola Seperti Acara Nikahan

Undangan sudah disebar. Gedung sudah disiapkan. Tapi pengantin belum sepakat.

Kongres ditunda, lalu ditunda lagi. Sementara itu, pemain muda menunggu: kapan kompetisi naik level?, kapan jalur ke elite jelas?, kapan prestasi bukan cuma jargon?. Namun jawabannya sering sama: 'ntar ya'

Jangan Salah Bola, Salah Urusannya

Kalau tembakan melenceng, jangan salahkan rumput. Kalau prestasi seret, jangan salahkan pemain.

Selama sepak bola lebih sibuk mengatur jadwal kongres daripada jadwal kompetisi, jangan heran kalau skor kita kalah, meski rapat kita menang.

Sepak bola itu permainan 2 x 45 menit bukan rapat tanpa batas waktu.

Dan di Jawa Barat hari ini, yang paling lihai bukan striker, tapi penunda waktu.

Editorial Redaksi

Share:
Komentar

Berita Terkini