![]() |
| Ki Mamat (baju merah) saat bersama Walikota Bekasi Tri Adhianto |
Inijabar.com, Kota Bekasi - Seorang tokoh spiritual asal Rawalumbu bernama Ki Mamat mengungkapkan uneg-uneg nya terkait janji Walikota Bekasi Tri Adhianto yang tidak ditunaikan setelah meminjam benda batu pusaka miliknya agar menang di Pilkada 2024 lalu.
Ki Mamat mengatakan, benda warisan mbah buyutnya telah dipinjam Tri sejak masih menjabat sebagai Wakil Wali Kota pada Desember 2021, hingga dilantik sebagai Wali Kota definitif.
"Tanggal 29 Desember 2021 dia datang ke rumah saya. Tanggal 5 Januari, wali kota lama (Rahmat Effendi) kena musibah tertangkap KPK, jadilah dia (Tri) Pelaksana Tugas (Plt Walikota)," ujarnya saat ditemui di kediamannya di Bojong Menteng, Rawalumbu, Selasa (2/12/2024).
Ki Mamat mengaku, telah meminjamkan batu pusakanya dalam dua periode. Pertama selama enam bulan saat Tri menjabat sebagai PLT Wali Kota, kemudian empat bulan menjelang Pilkada 2024 hingga putusan Mahkamah Konstitusi (MK).
Menurut Ki Mamat, ada kesepakatan tertulis dalam bentuk pesan WhatsApp berbahasa Jawa yang berbunyi, 'Barang iki selangke karo wong sing arep mimpin, ojo di arani duite, nanging nek wis dadi ojo lali karo cah yatim lan nini nini, tok no sewelas persen sing awal tekan dadine kei karo sing ngerawat aku, dadi pemimpin sing amanah lan jujur'.
"Barang ini sebagai langkah atau tanda untuk orang yang akan memimpin, jangan dianggap sebagai uang. Tapi kalau nanti sudah jadi (pemimpin), jangan lupa kepada anak yatim dan para nenek-nenek (orang tua jompo). Sisihkan sebelas persen dari awal sampai akhir, berikan kepada orang yang telah merawat saya. Jadilah pemimpin yang amanah dan jujur," kata Ki Mamat mengartikan pesan yang diklaim dibalas 'Njeh' (iya dalam bahasa Jawa) oleh Tri.
Tokoh spiritual yang menyatakan pernah membantu lima kepala daerah dan beberapa anggota dewan itu menunjukkan tangkapan layar percakapan WhatsApp dengan Tri. Dalam pesan yang selalu dikirim setiap hari sejak 2024, Ki Mamat mengingatkan soal janji yang belum dipenuhi.
"Ingat waktu ke rumah, janji wajib dilaksanakan. Janji adalah utang," bunyi salah satu pesan WhatsApp yang ditunjukkan Ki Mamat.
Ki Mamat mengatakan, telah berupaya menghubungi Tri melalui WhatsApp dan mendatangi kediaman wali kota di Kemang Pratama, namun tidak pernah mendapatkan respons yang diharapkan. Bahkan ajudan wali kota pun tidak merespons lagi.
"Sudah dilantik, sudah menjabat. Dulu bilang nanti setelah sidang MK, setelah pelantikan. Sekarang sudah dilantik, tetap belum ada realisasi janjinya," papar Ki Mamat.
Ki Mamat menuturkan, bahwa ia tidak mempermasalahkan nominal uang, tetapi berharap ada itikad baik untuk menepati kesepakatan yang telah dibuat.
"Saya tidak menghargai seberapa, cuma dari perjanjian ini. Berikanlah kepada saya yang merawat barang ini yang pernah kamu pakai," pungkasnya.
Fenomena tokoh spiritual yang terlibat dalam kontestasi politik bukan hal baru di Indonesia. Banyak calon pemimpin yang mencari dukungan spiritual dengan harapan memenangkan pemilihan, meski hal ini sering kali menimbulkan kontroversi soal rasionalitas dan etika politik. (Pandu)



