Cuaca Ekstrim, Waspada Banjir di 13 Kecamatan di Kota Bandung Ini

Redaktur author photo




inijabar.com, Kota Bandung- Kepala Seksi (Kasi) Mitigasi Bencana Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung Amires Pahala menyebut, sebanyak 13 kecamatan di kota Bandung masuk zona merah banjir. 


Pemkot Bandung, kata dia, sudah melakukan pemetaan, sebagai langkah mengantisipasi cuaca ekstrem yang bisa memicu terjadinya banjir.


Amires Pahala mengatakan, hasil kajian risiko bencana, 13 kecamatan itu di antaranya Andir, Astanaanyar, Babakan Ciparay, Bandung Kulon, Bandung Kidul, Panyileukan, Batununggal, Bojongloa Kidul, Rancasari, dan Kecamatan Kiaracondong.


"Ancaman banjir paling banyak di Bandung selatan karena faktor perubahan ekosistem dengan enam sungainya, " ujar Amires Pahala, Senin (10/10/2022).

[cut]



"Saat ini, lebih dari 80 tenaga kerja padat karya yang diterjunkan untuk membersihkan saluran air di beberapa kecamatan," ucap Amire Pahala.


Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi adanya cuaca ekstrem yang akan terjadi hinga 15 Oktober 2022 mendatang.


"Cuaca ekstrem berupa hujan lebat diserta dengan kilat/petir dan angin kencang diprediksi bisa terjadi selama sepekan pada periode 9 hingga 15 Oktober 2022 mendatang" ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Senin (10/10/2022).

[cut]



Berdasarkan analisis terkini, sebut dia, kondisi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia masih cukup signifikan berpotensi mengakibatkan peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah dalam sepekan ke depan.


"Potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai dengan kilat/petir dan angin kencang ini diprediksi merata terjadi di semua wilayah Indonesia kecuali Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Timur," ungkapnya.


BMKG juga mengungkapkan potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia Pada periode 8 hingga 14 Oktober 2022.


Pada periode tersebut, gelombang tinggi dengan ketinggian 1,5 hingga 4 meter berpotensi terjadi di perairan utara Sabang, perairan barat Aceh, perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, perairan Pulau Enggano – Bengkulu.

[cut]



Gelombang tinggi juga berpotensi terjadi di perairan barat Lampung, Samudra Hindia barat Sumatra, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten hingga Jawa Timur, Selat Bali – Lombok – Alas bagian selatan, Selat Sumba bagian barat, perairan selatan Bali hingga Pulau Sumba, Samudra Hindia selatan Banten hingga Pulau Sumba, dan Laut Natuna.


Dwikorita meminta pihak-pihak terkait untuk melakukan persiapan dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem, antara lain:


1. Memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan


2. Melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif.


3. Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.


4. Menggencarkan sosialisasi, edukasi,


5. Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antarpihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi.


“Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG,”ujarnya.(byu)

Share:
Komentar

Berita Terkini