Apa Makna Kirab Kebo Bule dalam Peringatan Malam 1 Suro

Redaktur author photo
Acara Kirab Kebo Bule saat Malam 1 Suro di Solo jadi budaya.

inijabar.com - Malam 1 Suro menjadi hаrі реrtаmа dalam Kalender Jawa. Iѕtіlаh Surо dі mаѕуаrаkаt Jawa bеrаѕаl dаrі ѕеbutаn bulаn Muharam аtаu Asyura dаlаm kalender Hijriyah (Islam).

Malam 1 Suro уаknі bеrtераtаn раdа 1 Muharram. Pеnggаbungаn Kalender Islam dаn Kalender Jawa іnі dіlаkukаn реrtаmа kаlі оlеh Sultаn Agung dі Kеrаjааn Mаtаrаm Iѕlаm.

Umat Muslim memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram disunahkan melaksanakan puasa Asyura.

Dianjurkan juga untuk membaca Al-Quran Surat Al-Baqarah: 225 atau dikenal sebagai Ayat Kursi dibaca sebanyak 360, 121, 100, 77, 41, 21, atau 11 kali sesuai kemampuan.

Malam satu suro yang dianggap sebagai malam 1 Muharram bagi umat Muslim di Indonesia adalah waktu yang sangat istimewa. Karena pada malam itu segala amalan yang dikerjakan akan Allah SWT lipat gandakan, sehingga umat Islam dianjurkan untuk lebih giat melakukan ibadah baik yang sunah atau wajib.

Masyarakat Jawa termasuk Cirebon juga mengenal 1 Muharam sebagai malam satu suro, di Cirebon memiliki makna dan nilai-nilai spiritual yang dalam bagi masyarakat Cirebon.

Selama malam satu Suro di Cirebon, banyak keluarga yang bersama-sama merayakan dengan menyantap bubur Suro. Mereka biasanya mengadakan acara doa bersama, ziarah kubur, tradisi ini juga menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga, saling bermaafan, serta memperkuat tali silaturahmi antar-anggota keluarga.

Adapun tradisi pembacaan babad Cirebon yaitu menceritakan sejarah berdirinya Cirebon (babad alas Cirebon) dan kiprah bagaiman perjuangan dakwah Syekh Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati.

Malam satu Suro memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Jawa, yaitu memandang nilai-nilai spiritual dan mistik dalam pergantian tahun baru Jawa sebagai salah satu acuan dalam mengarungi kehidupan.

Kirab Kebo Bule merupakan salah satu tradisi Malam Satu Suro yang terkenal di Solo. Tradisi ini dihelat untuk menyambut momen pergantian tahun dalam Kalender Jawa. 

Acara kirab kebo bule selalu disambut antusias oleh masyarakat, terutama bagi yang ingin melihat kerbau istana.

Melansir laman Dinas Kebudayaan Kota Surakarta,

Kirab malam Satu Suro berlangsung selama ratusan tahun merupakan tradisi turun-temurun di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang telah berusia ratusan tahun. Sejarah kirab Satu Suro berasal dari rutinitas Raja Pakubuwono X yang memerintah dari tahun 1893 hingga 1939.

Makna ritual Malam Satu Suro adalah refleksi diri dengan mengingat kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat selama satu tahun terakhir. Malam satu suro menandai bergantinya tahun, sehingga pada lembaran baru ini, diharapkan sifat seseorang berubah jadi lebih baik.

Secara tradisional, laki-laki memakai pakaian adat Jawa berwarna hitam, atau yang dikenal dengan busana Jawi jangkep. Sementara itu, perempuan akan menggunakan kebaya hitam. Barisan kebo bule berada di paling depan beserta pawangnya.

Barisan kedua dan selanjutnya adalah abdi dalem bersama putra-putri Sinuwun dan Pembesar Keraton yang membawa sepuluh pusaka Keraton. Selama prosesi kirab berlangsung, peserta kirab tidak akan mengucapkan satu patah kata pun. Hal tersebut bermakna perenungan diri terhadap apa yang sudah dilakukan selama setahun ke belakang.

Yang unik, selesai ritual ini dilaksanakan, banyak masyarakat yang mengambil kotoran kebo bule. Bagi sebagian orang, hal ini dipercaya membawa keberkahan dan kemakmuran.(jael)

Share:
Komentar

Berita Terkini