Pengamat Ingatkan Hal Ini Soal Proses 'Merger' SD Negeri di Kota Bekasi

Redaktur author photo
SDN Jatiasih III salah satu sekolah SD Negeri yang akan dimerger dengan SDN Jatiasih IV.

inijabar.com, Kota Bekasi- Sejumlah Sekolah Dasar Negeri di Kota Bekasi direncanakan akan merger. Terutama untuk sekolah  di wilayah Bekasi Timur, Bekasi Utara Bekasi Barat, Bekasi Selatan dan Jatiasih serta Pondok Gede.

Dinas Pendidikan Kota Bekasi sendiri sudah menegaskan, Merger dilakukan terhadap SD Negeri yang memiliki sedikit murid dan lokasi sekolah dalam 1 tempat lebih dari satu sekolah.

Proses merger tersebut menuai komentar dari Pengamat pendidikan, Tengku Imam Kobul Moh. Yahya S. Menurut dia, merger masih diperlukan apabila beberapa hal terjadi kendala teknis.

"Kalau mau niatnya merger, hal yang perlu dipertimbangkan adalah; pertama muridnya sedikit minimal dilihat 3-5 tahun terakhir. Kemudian wilayahnya tidak strategis, misal jauh dari permukiman penduduk atau sekolah satu komplek lebih dari 1. Selanjutnya, jika sekolah merupakan langganan banjir artinya tidak aman dari bencana, jikapun dipertahankan justru menambah biaya yang tidak sedikit. Terakhir, bila sarana, prasarana, guru dan tenaga kependidikan di sekolah tersebut minim," tuturnya. Minggu (24/8/2025)

Imam menyatakan, jika murid hanya didapat sedikit dalam kurun 2 tahun terakhir, analisisnya masih terlalu dini. Hal ini juga harus dilihat dengan kompetitornya, SD Swasta. 

"Jika di wilayah yang sama, memang 2-3 tahun terakhir SD Swasta juga dapat muridnya sedikit, maka bisa dipertimbangkan untuk merger. Tapi, jika SD Swasta dapat banyak dan SD Negeri 'boncos' itu artinya manajemen pendidikan di sekolah itu yang tidak becus," ujarnya.

"Atau misalnya karena SD Negeri dalam satu komplek lebih dari 2 sekolah, sehingga tiap penerimaan murid baru selalu sikut-sikutan rebutan murid. Apalagi saling menjelekkan dengan SD Negeri yang satu dianggap favorit sementara SD Negeri sebelahnya dianggap buangan jika tidak diterima di SD Negeri 'Favorit,"sambung Imam.

Bisa juga SD Negeri, lanjut dia, ditutup atau merger kalau SD tersebut memang sangat jauh dari permukiman penduduk. Misal lebih dari 2-3 km menuju SD Negeri. Karena idealnya SD harus dekat dengan tempat tinggal murid.

Imam menyatakan, pertimbangan selanjutnya adalah, jika SD Negeri itu terletak di wilayah langganan banjir. 

"Kalau langganan banjir tiap tahun, tentu akan mendapatkan kerugian besar jika SD Negeri tersebut dipertahankan. Namun, ini juga masih perlu dipertimbangkan, jika wilayah langganan banjir tersebut merupakan pemukiman padat (perumahan) sementara SD Negeri lainnya cukup jauh (2-3 km) dan SD Negeri yang menjadi pengganti ternyata muridnya sudah sangat banyak, sehingga daya tampung akan semakin terbatas," ungkapnya.

Yang terakhir, kata dia, mungkin apabila SD Negeri itu sarana, prasarana dan guru serta tenaga kependidikannya sangat minim. Artinya, jikapun akan ditambah tidak cukup lahan untuk perluasannya.

"Artinya, merger sangat mungkin dilakukan terhadap SD Negeri yang satu komplek, sarana terbatas, langganan banjir, dan murid sedikit yang didapat dalam 3-5 tahun terakhir," katanya.

Imam juga mengatakan, jika ada problem lain, yakni murid lebih memilih SD Swasta ketimbang SD Negeri karena kualitasnya bagus, sarana/prasarana memadai, kualitas bagus, guru perfek dan profesional serta karena pendidikan agamanya cukup termain. 

Hal ini menjadi 'PR' bagi Pemerintah Kota Bekasi untuk segera "merevolusi" model pendidikan di SD Negeri. Kalau tidak akan semakin ditinggal oleh muridnya," ungkap Imam.

Kota Bekasi, kata dia, sebetulnya pernah mencanangkan minimal tiap kecamatan 1 SD Negeri berkualitas dan favorit. Memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang bermutu dan berkualitas, sarana dan prasarana seperti laboratorium, perpustakaan, metode belajar yang mengikuti jaman dan lebih digitalisasi.

Pada intinya, 'merger' menurut pendapat Bang Imam boleh-boleh saja asal melalu kajian yang lebih matang.

"Kalau muridnya selalu sedikit, tetapi SD Negeri itu satu-satunya di wilayah tersebut, tetap harus dipertahankan. Agar menjadi incaran, coba perbaiki kualitas guru dan sistem mengajarnya, dan ciptakan sarana dan prasarana yang bermutu dan berkualitas. Jangan udah sekolah rombeng, guru cemberut, sekolah kumal, kusam, kursi reot akses tanah dan kepala sekolah jarang masuk, nah ini kadang yang membuat SD Negeri kurang diminati,"tandasnya.(*)

Share:
Komentar

Berita Terkini