![]() |
| KPAD dan Seorang Saksi sedang mengecek TKP pak |
inijabar.com, Kota Bekasi- Kasus pengeroyokan pelajar di Bekasi yang viral di media sosial memicu reaksi keras masyarakat serta lembaga perlindungan anak.
Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bekasi memastikan pendampingan penuh terhadap korban, termasuk proses hukum, visum, hingga pemulihan trauma.
Novrian dari KPAD Bekasi menegaskan bahwa mereka langsung menemui keluarga korban sesaat setelah video tersebut ramai diperbincangkan publik.
“Proses hukum dan pemulihan korban, termasuk pengobatan, akan diakomodir penuh oleh KPAD demi menjamin hak korban terpenuhi,” tegasnya.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak keluarga korban telah melakukan laporan kepolisian, visum, mediasi, serta menerima pendampingan dari KPAD Bekasi.
Korban dalam video viral tersebut diketahui berinisial P (17), pelajar SMK Widia Nusantara. Ia dikeroyok dua kakak kelasnya bersama dua remaja lainnya di kawasan Perumahan Bojong Menteng, Rawalumbu, pada Rabu (19/11/2025).
Dugaan motif pengeroyokan dipicu rasa cemburu pelaku utama R (18). R bersama tiga rekannya F (18), S, dan seorang pelaku lain yang belum teridentifikasi, menjebak P untuk bertemu sebelum menganiayanya secara brutal.
Beruntung, P berhasil meloloskan diri meski kondisinya mengenaskan saat tiba di rumah.
“Anak saya datang merayap om sambil nangis histeris,” ucap Janih (34), ibu korban, sambil menahan tangis mengenang kejadian itu. Kamis (20/11/2025)
Mendengar pengakuan sang anak, Janih langsung melapor ke polisi dan membawa korban ke RSUD Kota Bekasi untuk visum pada Kamis pagi.
Ayah korban, Bonin (39), menegaskan bahwa kejadian tersebut bukan insiden spontan.
“Mereka menjebak anak saya untuk bertemu. Begitu ketemu, langsung dipukul ramai-ramai,” ujarnya.
Keesokan harinya, keluarga korban mendatangi SMK Widia Nusantara untuk meminta pertanggungjawaban pihak sekolah.
Kepala SMK Widia Nusantara Alamsyah menyayangkan video tersebut viral sebelum mediasi kekeluargaan dilakukan.
Namun saat proses mediasi justru memanas ketika Dadan Sulaiman, salah satu guru di sekolah itu, meminta kasus diselesaikan secara damai demi masa depan para pelaku yang disebut masih pelajar. Ia bahkan menyinggung soal nominal biaya pengobatan.
Bonin menolak keras permintaan tersebut karena dampak nya secara psikologis yang mengalami trauma.
“Dampaknya bukan hanya luka fisik. Anak saya trauma. Tidak ada alasan untuk berdamai,” kata Bonin.
Kasus pengeroyokan pelajar ini kini dalam penyelidikan aparat kepolisian dan terus menyita perhatian publik Bekasi.(firman)



