Usai Ikuti Pembinaan di Batalyon 202 Tajimalela, 60 Siswa SMP di Bekasi Disambut Haru Orang Tua

Redaktur author photo
Salah satu siswa SMP di Kabupaten Bekasi menangis haru dipelukan ibu nya usai mengikuti pembinaan di Batalyon 202 Tajimalela Rawalumbu Kota Bekasi


inijabar.com, Kabupaten Bekasi- Suasana haru terlihat saat para siswa  setingkat SMP yang usai mengikuti barak militer di Batalyon 202 Tajimalela Rawalumbu Kota Bekasi dijemput oleh orang tua masing-masing pada Minggu (23/11/2025).

Program pembinaan ide Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang kini dinamakan Latihan Dasae Kepemimpinan Siswa (LDKS) ini diikuti 60 siswa dari 83 sekolah SMP yang ada di kabupaten Bekasi.

Sejumlah orang tua menyambut anak mereka masing-masing yang sudah seminggu mengikuti pembinaan dari para pelatih di Batalyon 202 Tajimalela. Isak tangis haru terlihat saat orang tua memeluk anak-anak mereka masing-masing.

Seorang wali murid, Sakiyo, mengungkapkan, pelatihan ini membawa perubahan pada putra kesayanganya yang bernama Satria Kalang Ramadhan.

“Insya Allah ada hal-hal yang spesial dari anak ini dan itu rezeki dari Allah,” ucapnya. 

Sakiyo berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi motivasi bagi siswa lain dalam hal kedisiplinan dan tanggung jawab di sekolah.

Sementara itu, Pj Sekda Kabupaten Bekasi, Hj. Ida Farida, mengatakan, kegiatan ini sebagai langkah penting dalam pembentukan generasi muda.

“Saya memberikan apresiasi kegiatan LDKS yang bekerja sama dengan Batalyon 202 Tajimalela, luar biasa,” ucapnya. 

Ida juga menilai para peserta mampu menyerap nilai-nilai mental, spiritual, dan keterampilan dalam waktu singkat.
[cut]


Pembinaan ini, kata Ida, merupakan mandat langsung Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang untuk memberikan arahan kepada 60 siswa yang memiliki kemampuan khusus tetapi belum tersalurkan dengan baik. 

"Mereka datang dari latar belakang perilaku berbeda, mulai dari bolos, membantah guru, hingga masalah kedisiplinan. Namun, setelah melalui proses pelatihan, perubahan positif tampak jelas,"ungkapnya.

“Jangan anak ini setelah terbentuk, lalu lingkungan orang tua tidak mendukung. Itu yang sangat tidak saya harapkan,”sambung Ida.

Koordinator Pelatih Sersan II Geraldi Manoel Langi menjelaskan, pembinaan dilakukan dengan tiga tahapan utama: pengosongan, pengisian, dan pengecekan kembali.

“Kami harus menyatukan berbagai karakter. Rambut boleh sama hitamnya, tapi isi kepala beda-beda. Itu tantangan kami,” ujarnya.

Mereka mengandalkan sistem peleton, di mana kesalahan satu orang menjadi tanggung jawab seluruh kelompok. 

“Itu membuat jiwa saling mengingatkan sangat tinggi,” jelasnya.

Senada dikatakan salah satu pelatih, Kapten Mario Belo, menegaskan, pendampingan dilakukan dengan pendekatan humanis namun tetap tegas.

“Kami ingin anak-anak ini memahami bahwa disiplin itu bukan hukuman, tetapi kebutuhan. Mereka harus tahu bahwa hidup itu pilihan dan setiap pilihan ada konsekuensinya,” tuturnya.

Ia mengatakan para peserta menunjukkan proses adaptasi yang baik.
[cut]


“Hari pertama mereka masih bingung, tapi hari-hari berikutnya mereka mulai paham ritme, aturan, serta pentingnya menghargai diri sendiri dan orang lain,” jelasnya.

Para pelatih menilai metode tersebut efektif menyatukan peserta dari berbagai sekolah dan latar belakang, sehingga terbentuk kekompakan, disiplin, serta rasa tanggung jawab bersama.(firman)
Share:
Komentar

Berita Terkini