Wilayah Lucky Hakim Ini Angka Perceraian Selalu Tertinggi di Jabar, Kok Bisa?

Redaktur author photo
Ilustrasi

inijabar.com, Indramayu- Angka perceraian di Kabupaten Indramayu terus menempati posisi tertinggi di Jawa Barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat tahun 2025 sebanyak 7.063 perkara. Di tahun 2024, tercatat sebanyak 7.460 kasus perceraian terjadi di Indramayu, atau sekitar 8 persen dari total kasus perceraian di provinsi ini.

Pengadilan Agama Indramayu mencatat, sebagian besar gugatan perceraian diajukan oleh pihak istri. Sepanjang 2023, jumlah perkara perceraian bahkan mencapai 7.931 kasus, menunjukkan tren peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.

Faktor Ekonomi Jadi Penyebab Dominan

Menurut laporan Pengadilan Agama setempat, masalah ekonomi menjadi faktor terbesar pemicu perceraian, dengan persentase mencapai 70 persen. Banyak keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga akibat pendapatan yang rendah dan pekerjaan yang tidak stabil.

Selain faktor ekonomi, pernikahan usia muda juga disebut turut memperparah situasi. Banyak pasangan di Indramayu yang menikah di bawah usia 20 tahun, sehingga belum memiliki kesiapan mental dan finansial untuk membina rumah tangga.

“Sebagian besar kasus muncul karena pasangan tidak siap menghadapi tekanan ekonomi dan tanggung jawab setelah menikah,” ujar seorang pejabat Pengadilan Agama Indramayu.

Pertengkaran dan Judi Online Ikut Memicu

Selain faktor ekonomi, pertengkaran berulang, perselingkuhan, dan pengaruh judi online turut memperburuk kondisi rumah tangga. Dalam beberapa kasus, suami menjadi pelaku judi daring yang menguras keuangan keluarga.

“Fenomena judi online kini mulai terlihat berdampak langsung pada keharmonisan rumah tangga di pedesaan,” kata salah satu tokoh masyarakat Kecamatan Juntinyuat.

Minimnya Pendidikan dan Pendampingan Pranikah

Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pembekalan pranikah juga disebut menjadi penyebab utama tingginya perceraian. Banyak pasangan tidak memahami peran, tanggung jawab, dan manajemen konflik dalam rumah tangga.

Pihak Kementerian Agama Kabupaten Indramayu menyebut perlu adanya program pendampingan pranikah yang lebih masif, terutama bagi pasangan muda di pedesaan.

Fenomena Sosial yang Perlu Diwaspadai

Fenomena perceraian di Indramayu juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti mobilitas kerja, terutama bagi tenaga kerja perempuan. Banyak istri yang bekerja di luar daerah atau luar negeri, sehingga jarak dan komunikasi menjadi pemicu renggangnya hubungan keluarga.

Para pemerhati sosial menilai, tingginya angka perceraian di Indramayu adalah cerminan kompleksitas sosial ekonomi daerah pesisir utara Jawa Barat yang masih menghadapi tantangan besar dalam pendidikan keluarga dan kesejahteraan.

Dengan berbagai faktor penyebab tersebut, diperlukan langkah serius dari pemerintah daerah, lembaga keagamaan, dan masyarakat untuk menekan angka perceraian. Program edukasi keluarga, pelatihan ekonomi produktif, serta pendampingan psikologis bagi pasangan muda dinilai bisa menjadi solusi jangka panjang.(*)

Share:
Komentar

Berita Terkini