TBC Penyakit Sejak Jaman Firaun, Ini 4 Jenis Obat Yang Biasa Direkomended Dokter

Redaktur author photo




inijabar.com, Kota Bandung-Penyakit TBC atau Tubercolousis memang tergolong penyakit berat dan menular, yang membutuhkan skema pengobatan dengan jangka waktu cukup panjang serta intensif. Berhenti atau menghentikan pengobatan untuk penderita TBC ini sangat berisiko.


Hal itu diungkapkan, Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Perawatan RS Paru H.A Rotinsulu, Bandung, dr Asima Manurung saat menerima kunjungan Yayasan Pesona Jakarta (YPJ) didampingi sejumlah awak media pada Jumat 20 Mei 2022 di rumah sakit milik pemerintah tersebut.


"Gejala TBC hampir sama dengan beberapa gejala penyakit pernafasan lainnya. Oleh karena itu, penting untuk mengkonsultasikan ke dokter guna menjalankan diagnosa yang tepat. Sehingga bisa diketahui dengan pasti apakah Anda tertular TBC atau tidak,"ucapnya.


Dirinya juga menceritakan, saat covid 19, RSPR Dr.H.A Rotinsulu menjadi rumah sakit rujukan untuk pasien covid. Sedangkan pasien TBC yang ditangani di rumah sakit ini dilakukan layanan komprehensif dari perawatan hingga sembuh, termasuk memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk.


"Banyaknya mitos soal TBC yang membuat pasien terkadang enggan berterus terang tentang gejala yang dirasakannya,"tuturnya.


Senada dikatakan, dr.Sriwening dokter spesialis paru di RSPR.H.A Rotinsulu, bahwa TBC merupakan penyakit lama yang orang sering bilang sejak jaman firaun sudah ada penyakit ini.


"Pola hidup sehat menjadi salah satu upaya pencegahan penyakit TBC ini selain, menggunakan masker, tidak merokok, tidak membuang ludah dan dahak sembarangan,"tutur wanita berkerudung ini.


Sekedar diketahui juga, TBC juga memiliki risiko komplikasi yang mungkin saja terjadi, yakni: Meningitis, Kerusakan sendi, Gangguan organ tubuh, seperti ginjal, hati, jantung danMerasa nyeri pada punggung.



Adapun obat-obatan yang biasa diberikan oleh dokter untuk pengidap TBC aktif antara lain: Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, Ethanol.


Obatan-obatan tersebut mengandung efek samping, seperti dapat menurunkan efektifitas alat kontrasepsi yang mengandung hormon. Efek samping yang demikian terutama terjadi untuk pengguna obat antibiotik seperti rifampicin.


untuk ethambutol, berpengaruh pada kondisi penglihatan. Begitu juga dengan isoniazid yang berpotensi merusak saraf.


Selain itu, juga terdapat efek samping umum, seperti muntah, mual, penurunan nafsu makan, sakit kuning, perubahan warna urine menjadi lebih gelap, demam, gatal-gatal, dan ruam pada kulit.


Meski demikian, pengidap TBC diharuskan mengonsumsi antibiotik selama lebih kurang lebih 2 minggu, dan untuk memastikan kesembuhan, dokter biasanya mengharuskan konsumsi antibiotik selama 6 bulan.


Obat resep yang diberikan untuk pengidap TBC harus diminum hingga waktu yang dianjurkan. Ini dikarenakan meski kondisinya membaik, pengidap TBC masih mungkin untuk menurun kembali kondisinya.(*)

Share:
Komentar

Berita Terkini