Konflik Palestina-Israel Butuh Solusi Hakiki

Redaktur author photo


Ilustrasi


Konflik Palestina-Israel memanas Kembali. Kali ini, Palestina dianggap sebagai pemicu karena memulai serangan lebih dulu. Padahal itu adalah bentuk balasan atas serangan keji selama bertahun-tahun yang dilancarkan Israel terhadap Palestina.


Kondisi kaum muslim Palestina dalam penjajahan Israel telah berlangsung sangat lama. Dalam sejarah Pendudukan Israel dan awal konflik 1948 sudah 70 tahun lebih, selama operasi militer Israel telah memakan korban 91.973 jiwa dari tahun 1920 hingga tahun 2021 (Kumparan.com, 18/05/2021).


Operasi militer tersebut tidak hanya memakan korban jiwa tapi Israel juga melakukan perluasan pemukiman pada tahun 1967 hingga sekarang wilayah Palestina hanya tinggal secuil. Namun rakyat Palestinapun tidak berdiam diri justru semakin gigih melakukan Intifada (perlawanan) memperjuangkan hak-haknya.


Dilansir dari laman CNN Indonesia, minggu 15 Oktober 2023 " Perang antara Israel dan milisi Hamas di Jalur Gaza, Palestina telah terjadi sejak 7 Oktober 2023 hingga sekarang."


Sepekan terlewati, ultimatum waktu untuk warga mengungsi pun telah habis. Selain itu, korban berjatuhan makin tertambah. Jumlahnya sudah mencapai dua ribuan nyawa tewas.


Kejahatan perang Israel selama 75 tahun tidak pernah mendapatkan perhatian serius sedikitpun dari lembaga internasional. Hipokrit para penguasa walaupun telah banyak jalur internasional yang ditempuh.


Konflik Palestina-Israel telah melalui banyak langkah penyelesaian. Sejak awal pembentukan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) 24 Oktober 1945, Majelis Umum telah mengeluarkan sejumlah resolusi terkait Israel-Palestina.


Namun sayang sampai saat ini nyatanya konflik tak kunjung selesai bahkan kian memanas. Wajar saja karena bisa kita lihat, Siapa negara- negara yang punya suara di PBB? Jelaslah menyerahkan penyelesaian konflik Palestina ke PBB bukanlah solusi. Tentu Palestina dan kaum Muslimin tidak akan rela jika tanah Baitul Maqdis dibagi dua dengan Israel, Karena sejatinya tanah itu milik kaum muslimin sepenuhnya.


Melihat kejahatan ini, tidak satu pun negeri muslim yang berani bertindak. Mayoritas hanya mampu mengecam. Hal ini akibat ide Nation state yang meracuni Negeri-negeri kaum muslim hingga menganggap konflik Palestina-Israel adalah sekedar konflik 2 negara yang sedang berebut wilayah. 


Padahal lebih dari itu, masalah Palestina adalah masalah umat Islam diseluruh dunia yang mempertaruhkan Kehormatan Kaum Muslimin. Di sana Kiblat pertama Kaum Muslimin, di sana pula peristiwa Isra'nya Rasulullah SAW sebelum Mi'raj kelangit ke-7.


Dalam sebuah hadis disampaikan bahwa kaum muslim satu dan yang lain ibarat satu tubuh. Jika bagian tubuh satu sakit, tubuh yang lain akan merasa sakit dan sigap menolong serta membantu agar rasa sakit itu hilang bahwa kaum muslim di dunia ini adalah saudara. Jika ada yang sedang terzalimi atau merasakan musibah, menjadi kewajiban muslim lainnya untuk membantu.


Tidak hanya meringankan bebannya, tetapi juga hingga membebaskan mereka dari kezaliman yang ada, termasuk yang dialami muslim Palestina saat ini.


Lalu Apa yang bisa kita Lakukan untuk Palestina? Berdo'a sudah pasti, jika bisa menggalang dana maka lakukan, Boikot restoran atau apapun yang kita sudah tau dananya untuk persenjataan Israel Bagus. Namun tak kalah penting solusi tuntas agar bisa membebaskan Palestina khususnya dan negeri-negeri Kaum muslim lainnya yang terdzholomi seperti muslim Rohingnya, Ughyur, Cechnya dan lainnya adalah dengan mengerahkan seluruh tentara Kaum muslimin untuk Jihad Fii Sabilillah dalam satu komando seorang kholifah.


Harus ada satu kepimpinan Umum bagi Kaum muslimin yang tegas lagi berwibawa.

Yang menjadikan akidah Islam sebagai landasan berpikir sekaligus kepemimpinan berpikirnya  seperti dalam catatan sejarah, Palestina dua kali diperjuangkan oleh kaum muslim. Pertama oleh Khalifah Umar bin Khaththab.


Kedua oleh Shalahuddin al-Ayubi. Hingga akhirnya Palestina menjadi tanah kharajiah, yakni selamanya tanah Palestina milik kaum muslim.


Atas dasar itu pula Khalifah Abdul Hamid II juga mati-matian mempertahankan Palestina yang akan direbut Yahudi. 


Tapi sayangnya Sistem dan Pememimpin yang seperti itu saat ini belum ada, maka tugas kita untuk bejuang mewujudkannya dengan dakwah Islam Kaffah. Menyadarkan pemikiran Ummat agar Ummat sadar bahwa Solusi konflik Palestina- Israel hanya bisa terselesaikan dengan Jihad dan Khilafah.


Musuh-musuh Islam ketika meruntuhkan Islam butuh waktu beribu tahun, maka untuk mengembalikan kejayaan Islampun butuh waktu, kesabaran dan keistiqamahan sampai Allah berkenan memberikan Pertolongan-Nya. Semoga kita termasuk kedalam orang-orang yang berjuang dan tidak berdiam diri.

Wallahu'alam Bishawwab..


Penulis: Eka Purwaningsih, S.Pd (Aktivis Muslimah, Pegiat Literasi)


Share:
Komentar

Berita Terkini