![]() |
Ilustrasi |
inijabar.com, Kabupaten Bekasi- Ketua Gerakan Muda Perubahan (GEMPUR), Farhan Santana, menyoroti dinamika internal Perumda Tirta Bhagasasi yang kian gaduh pasca proses rotasi dan mutasi jabatan dilakukan.
Menurutnya, kegaduhan ini justru bukan muncul dari publik, melainkan dari segelintir pihak internal yang merasa dirinya tidak mendapatkan posisi yang ia inginkan.
“Kami melihat ada fenomena yang menarik tapi mengganggu. Ketika seseorang gagal melangkah ke kursi yang lebih tinggi lewat jalur seleksi terbuka, tiba-tiba ia berubah arah dan berusaha menguasai peta mutasi internal. Seolah jabatan adalah hak, bukan amanah,” ujarnya.
Farhan menyebutkan, rotasi jabatan di sebuah perusahaan daerah semestinya dipandang sebagai bagian dari sistem penguatan organisasi, bukan ajang pelampiasan ambisi yang gagal di luar sistem.
“Ada yang awalnya masuk dalam proses seleksi direksi, bahkan namanya sempat tercantum dalam daftar peserta. Namun setelah tidak masuk nominasi akhir, yang bersangkutan justru mulai mengincar posisi strategis lain di internal, seperti bidang sumber daya manusia. Bahkan, ada upaya memaksakan kehendak, seolah mutasi harus mengikuti keinginannya,” tegas Farhan.
Dia menilai, kecenderungan seperti ini justru merusak tatanan profesional di tubuh perusahaan daerah.
“Kita tidak sedang membangun kerajaan jabatan, tapi membangun institusi. Dan institusi tak boleh tunduk pada ego pribadi siapa pun,” tambahnya.
Farhan juga mengingatkan bahwa perusahaan daerah harus belajar dari kesalahan masa lalu.
“Perusahaan air minum ini milik rakyat. Jika dikuasai oleh mentalitas yang haus posisi tapi gagal dalam etika, seperti misalnya mengemas 'penyakit' Dirut dan Dirus dan menggunakannya untuk minta jabatan diposisi tertentu, maka tak hanya airnya yang keruh tapi juga niat orang-orang di dalamnya,” pungkas Farhan.