![]() |
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi |
inijabar.com, Subang- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menerangkan kebijakannya soal melarang study tour bagi anak sekolah di Jawa Barat kepada Pengurus PHRI (Perhimpunan Hotel Restauran Indonesia), Pengelola Bus Wisata, Pengurus Organda.
Dedi Mulyadi mengatakan, pola pikir material dalam bidang pendidikan yang berujung menyusahkan rakyat sedang dirubahnya. Sehingga sekolah menjadi produktif bukan konsumtif.
Dia juga menyindir setiap study tour pasti ada fee untuk kepala sekolah, penjualan buku LKS juga ada fee buat kepala sekolah, dapat fee dari baju seragam. Makanya, kata dia, dirinya membuat kebijakan yang untuk kebaikan di masa depan dala bidang pendidikan.
"Dan itu fee nya sampai Rp200 juta kalau misalnya yang berangkatnya banyak sampai Rp1 miliar. Kan data nya ada. Saya ga mungkin bertindak tanpa data,"cetuusnya.
"Bayangkan, ada di depok siswa yatim mengumpulkan uang sampai bekerja mengais sampah hingga terkumpul lalu uangnya disetorkan untuk study tour dan dibuang ke luar Jawa Barat. Akhirnya kecelakaan dan meninggal. Saat itu mana ada solidaritas dari kawan-kawan pengusaha pada siswa yang meninggal itu, kan ga ada," ungkap Kang Dedi Mulyadi (KDM).
Jadi, kata KDM, kepala sekolah itu bukan banyaknya order. Jadi kepala sekolah itu punya niat untuk mendidik.
Dedi juga menyebut soala kebijakan angkutan bertonase overload (ODOL) yang membuat beban jalan di Jabar semakin tinggi dan akhirnya rusak dan setelah itu jalan rusak banyak kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa.
"Jadi kalau saya membuat kebijakan yang merugikan sesaat diprotes tapi kalau kebijakan yang menguntungkan pada diam,"sindirnya.(*)