Angka Stunting dan TB Paru di Wilayah Puskesmas Jatiasih Turun Sepanjang 2025

Redaktur author photo
 Kepala Bidang Nutrisionis Puskesmas Jatiasih, Ani

inijabar.com, Kota Bekasi- Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Jatiasih menunjukkan hasil positif sepanjang tahun 2025. Dua isu kesehatan utama, yakni stunting dan Tuberkulosis (TB) Paru, tercatat mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.

Nutrisionis Puskesmas Jatiasih, Ani, menyampaikan bahwa angka stunting di wilayah kerjanya mengalami penurunan berkat berbagai program intervensi yang dijalankan secara berkelanjutan.

“Alhamdulillah ada penurunan. Karena program-program yang dikerjakan sudah cukup banyak, jadi berpengaruh,” ucap Ani.

Ia menjelaskan, sepanjang tahun 2025 Puskesmas Jatiasih melaksanakan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) khusus bagi balita stunting, pemberian Pangan Khusus Makanan Medis (PKMK), serta dukungan susu bagi anak dengan masalah gizi.

“Untuk anak yang bermasalah, setidaknya kita ada pemberian susu dan makanan khusus,” jelasnya.

Selain intervensi gizi, penanganan stunting juga dilakukan melalui rujukan ke RSUD untuk pemeriksaan lanjutan oleh dokter spesialis anak, serta penyuluhan rutin kepada masyarakat.

Menurut Ani, stunting bukan kondisi yang terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui proses panjang yang dapat dimulai sejak masa remaja hingga kehamilan.

“Stunting itu prosesnya panjang. Bisa dimulai dari remaja yang sudah kurang gizi dan anemia, berlanjut ke ibu hamil, sampai akhirnya berdampak pada bayi,” terangnya.

Berdasarkan data tahun 2025, jumlah balita stunting di wilayah Puskesmas Jatiasih tercatat sebanyak 54 anak atau sekitar 2 persen dari total balita.

“Terakhir di tahun ini sekitar 54 balita, kurang lebih 2 persen,” katanya.

Untuk tahun 2026, pihaknya menargetkan angka stunting tetap berada di bawah target nasional Kementerian Kesehatan sebesar 14 persen.

“Kalau bisa di bawah 5 persen itu alhamdulillah. Kalau tetap di 2–3 persen juga masih sangat baik,” tegas Ani.

Upaya pencegahan terus dilakukan melalui promosi kesehatan (promkes), baik di posyandu maupun kelas ibu hamil.

“Sosialisasi terus kita lakukan, ada penyuluhan di posyandu dan kelas ibu hamil,” pungkasnya.

Sementara itu, perawat sekaligus pemegang Program TB Paru Puskesmas Jatiasih, Desi, menyebutkan bahwa capaian program TB Paru di wilayahnya juga mengalami penurunan sepanjang tahun 2025.

“Di tahun ini memang pasti ada penurunan, karena berbeda dengan tahun sebelumnya. Sekarang Puskesmas Jatiasih hanya menangani satu kelurahan,” ujar Desi.

Ia menjelaskan, sebelumnya Puskesmas Jatiasih menangani dua kelurahan. Namun setelah pembagian wilayah dengan Puskesmas Jatirasa, target dan jumlah temuan TB Paru ikut menurun secara signifikan.

“Penurunannya cukup besar, bisa sampai setengahnya,” jelasnya.

Pada tahun sebelumnya, target pasien TB Paru mencapai 124 orang dengan jumlah terduga TB sekitar 1.600 orang. Sementara pada tahun 2025, target terduga TB Paru berada di kisaran 800 orang.

“Untuk tahun 2025 ini target terduga TB sekitar 800-an, tidak sampai 900,” ucapnya.

Dalam pelaksanaan program, Puskesmas Jatiasih didukung kader TB Paru di tingkat kelurahan yang bertugas melakukan penyuluhan serta investigasi kontak erat ke rumah-rumah pasien.

“Kalau satu rumah ada yang terkena TB Paru, maka satu rumah itu harus diperiksa semua,” tegas Desi.

Ia menambahkan, TB Paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sehingga gejalanya tidak selalu muncul cepat seperti penyakit akibat virus.

“TB itu bakteri, jadi bisa berbulan-bulan baru muncul gejala,” jelasnya.

Sebagai langkah pencegahan, masyarakat diimbau memastikan imunisasi BCG pada bayi, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari kebiasaan merokok, serta menjaga daya tahan tubuh.

“Vaksin BCG itu penting. Jaga kebersihan, tidak merokok, dan yang paling utama menjaga imunitas,” tutupnya

Share:
Komentar

Berita Terkini