![]() |
| Dokumentasi Human Initiative saat memberikan bantuan di Sumatera. |
inijabar.com, Jakarta - Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda tiga provinsi di Sumatera sejak akhir November 2025, menewaskan ratusan jiwa dan menyebabkan ribuan warga mengungsi.
Merespons kondisi darurat tersebut, lembaga kemanusiaan global Human Initiative (HI), mengerahkan bantuan kemanusiaan untuk meringankan beban korban bencana.
President Human Initiative, Tomy Hendrajati, mengatakan pihaknya telah melakukan pemantauan intensif sejak awal bencana melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Ia menyatakan, data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 1 Desember 2025, mencatat sedikitnya 442 orang meninggal dunia dan 402 orang masih dinyatakan hilang.
"Kami terus memantau perkembangan bencana di ketiga provinsi tersebut. Korban jiwa terus bertambah dan kondisi di lapangan masih sangat memprihatinkan," ujar Tomy saat ditemui di kantornya, Senin (1/12/2025).
Tomy menjelaskan, bencana terbesar terjadi di Sumatera Utara dengan 217 korban meninggal dunia dan 209 orang masih hilang. Sementara di Sumatera Barat, tercatat 129 korban tewas dan 118 orang hilang. Provinsi Aceh mencatat 96 korban meninggal dan 75 orang masih dalam pencarian.
"Cuaca ekstrem, tingginya curah hujan, dan meningkatnya debit sungai menyebabkan genangan luas. Ratusan rumah terendam, akses jalan tertutup material longsor, dan sejumlah desa terisolasi," paparnya.
Di Aceh, banjir merendam ratusan rumah dan memaksa warga mengungsi ke balai desa serta fasilitas umum. Debit air diperkirakan masih meningkat karena hujan yang belum mereda.
Kondisi serupa terjadi di Sumatera Utara, di mana banjir besar diperparah longsor yang menutup jalan penghubung antardesa. BNPB menegaskan perlunya percepatan distribusi logistik di wilayah terisolir.
"Di Sumatera Barat, banjir berlumpur dan longsor perbukitan terjadi hampir bersamaan. Material lumpur menutup badan jalan dan merendam permukiman warga," ungkap Tomy.
Menanggapi kondisi darurat tersebut, Human Initiative telah mengerahkan respons bantuan awal di tiga provinsi melalui empat aksi utama. Pertama, menurunkan tim evakuasi untuk membantu mengevakuasi warga dari rumah yang terendam dan daerah rawan longsor.
Kedua, mendirikan dapur air untuk menyediakan akses air bersih bagi warga terdampak, terutama di wilayah yang aksesnya terputus. Ketiga, mendistribusikan makanan siap santap yang menjangkau titik-titik pengungsian dan rumah warga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mendesak.
"Kami juga fokus pada distribusi perlengkapan bayi dan balita untuk keluarga dengan anak kecil yang membutuhkan bantuan darurat segera," jelasnya.
Tomy menyampaikan, Human Initiative terus memperbarui pantauan lapangan dan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), aparat desa, dan relawan lokal untuk memastikan bantuan dapat menjangkau wilayah prioritas.
"Upaya percepatan respons kami fokuskan pada kelompok rentan seperti anak-anak, perempuan, lansia, serta warga di daerah yang masih terisolasi," katanya.
Infrastruktur di sejumlah wilayah terdampak mengalami kerusakan parah. Jembatan runtuh, jalan terputus, dan jaringan listrik serta komunikasi mati di beberapa lokasi. Kondisi ini mempersulit upaya evakuasi dan distribusi bantuan.
"Akses darat di beberapa kabupaten masih terputus akibat longsor dan kerusakan jembatan. Ini menjadi tantangan besar dalam pendistribusian bantuan," tutur Tomy.
Human Initiative mencatat ribuan kepala keluarga saat ini masih mengungsi di ratusan titik pengungsian yang tersebar di tiga provinsi. Mereka membutuhkan bantuan pangan, sandang, obat-obatan, dan perlengkapan sanitasi untuk bertahan di tengah kondisi darurat.
Tomy mengajak masyarakat untuk turut mendukung pemulihan warga terdampak bencana dengan menyalurkan donasi melalui nomor rekening BSI 7000.321.693 atas nama PKPU Human Initiative.
"Setiap bantuan yang diberikan akan sangat berarti bagi saudara-saudara kita yang sedang mengalami musibah. Mari kita bersama-sama meringankan beban mereka," pungkasnya. (Pandu)



