![]() |
| Erwin dan Rendiana |
DITETAPKANNYA Wakil Walikota Bandung Erwin dan Anggota DPRD Kota Bandung asal Partai Nasdem Rendiana sebagai Tersangka oleh Kejaksaan Negeri Kota Bandung terkait kasus penyalahgunaan wewenang di lingkup Pemkot Bandung, membuat Kota Bandung yang awalnya cerah kini mendung gelap disertai angin kencang siap menyambut hujan deras.
Di Kota Bandung, kekuasaan selalu punya ritmenya sendiri. Ia bergerak dalam garis tipis antara pelayanan publik dan permainan pencari rente. Dua nama yang selama ini berdiri di panggung terang, Erwin selaku Wakil Wali Kota Bandung, dan Rendiana Awangga, anggota DPRD Kota Bandung, kini melangkah dalam cahaya redup.
Bagi publik, kejadian ini seperti membuka tirai lama bahwa politik Bandung masih berputar pada lingkaran yang sama, hanya pemainnya yang berganti.
Sosok Erwin: Dari Ujung Jalan PKB Hingga Kursi Bandung 2
Erwin bukanlah nama baru. Di internal PKB, ia adalah 'kader keramat' yang tiga periode memimpin DPC PKB Kota Bandung. Lahir 18 Mei 1972, ia menapaki karier politik dengan pola klasik seorang organisatoris dari akar rumput, naik ke kursi DPRD, lalu akhirnya mendarat sebagai Wakil Wali Kota Bandung 2025–2030.
Pilwalkot 2024 menjadi momentum pentingnya. Diusung bersama Muhammad Farhan sebagai Walikota, Erwin tampil sebagai figur yang dianggap mengerti mesin politik di lapangan, penghubung antara relawan, partai, dan birokrasi.
Kemenangan mereka bukan hanya kemenangan administratif tapi itu validasi bahwa Erwin menguasai langgam politik kota yang tak pernah tidur.
Beberapa bulan menjabat, jadwalnya dipenuhi kunjungan ke OPD, turun ke kecamatan, menghadiri forum-forum warga, sebuah citra pejabat yang rajin membasuh kaki birokrasi dengan kehadiran.
Namun publik tak pernah tahu apa yang bergerak di belakang layar.
Ketika Kejari Kota Bandung mengumumkan status tersangka, sorotan itu berubah arah.
Erwin dituduh menyalahgunakan kewenangan dari dugaan permainan proyek, permintaan paket pekerjaan, hingga tekanan kepada pejabat OPD. Tuduhan yang, bila terbukti, bukan hanya mencederai jabatannya, tetapi juga menampar kembali wajah PKB yang tengah membangun citra hijau bersih.
[cut]
Seorang pejabat internal Pemkot pernah berbisik renyah pada daun pintu.
“Di Bandung, kekuasaan itu seperti dua sisi jalan Braga. Yang satu terang, yang satu lain gelap. Tergantung kita lewat pintu yang mana.”
Kini publik bertanya, pintu mana yang dibuka Erwin?
Sosok Rendiana Awangga: Legislator Yang Tak Pernah Jauh Dari Gemuruh
Berbeda dengan Erwin yang kariernya bertahap dan tenang, Rendiana Awangga dikenal sebagai Ketua Partai Nasdem Kota Bandung dan anggota DPRD Kota Bandung yang gerakannya cepat, komunikatif, dan punya jejaring partai yang dinamis.
Di gedung DPRD, ia bukan sekadar pelengkap daftar hadir. Awangga terlihat sebagai politisi yang paham memanfaatkan momennya.
Ia melenggang ke kursi DPRD periode 2024-2029 dengan basis suara yang kuat. Beberapa kalangan menyebutnya sebagai figur lincah yang tahu cara menegosiasikan ruang politik di Balai Kota.
Namun ketetapan Kejari menempatkannya dalam orbit yang tak diinginkan.
Ia diduga ikut memainkan kewenangan bersama Erwin sebagai pengatur proyek, pemanggilan pejabat teknis, dan tekanan dalam pola yang dicurigai sebagai pola pemerasan.
Kejari Kota Bandung bahkan menyebutkan bahwa penahanan belum dapat dilakukan karena menunggu persetujuan Kemendagri, suatu ironi bagi seorang legislator yang selama ini mengawasi jalannya pemerintahan.
Di media sosial, beberapa warganet menulis getir:
“Anggota DPRD tugasnya mengawasi anggaran. Tapi kadang yang diawasi justru jalur masuknya anggaran ke kantong siapa.”
Bandung dan Siklus Kekuasaan Yang Tak Pernah Usai
Penetapan tersangka terhadap dua pejabat aktif eksekutif–legislatif ini mengirim sinyal kuat: Bandung belum selesai dengan masalah moral di ruang kekuasaan. Kota yang terkenal dengan kreativitas, kuliner, dan inovasi tata kota, justru berkali-kali tersandung pada isu korupsi yang dimainkan oleh para elit politiknya sendiri.
[cut]
Kasus ini bukan hanya soal pidana. Ia soal kepercayaan publik, soal bagaimana warga Bandung memandang pemerintahannya.
Dan setiap kali seorang pejabat tersandung, yang runtuh bukan hanya reputasi individu, tetapi fondasi etik pemerintahan kota.
Apakah Ini Akhir Atau Awal?
Proses hukum akan berjalan panjang. Erwin dan Awangga masih memiliki hak membela diri, dan pengadilanlah yang memutuskan bersalah atau tidak. Namun di mata publik, perjalanan ini sudah menjadi bab tersendiri dalam sejarah politik Bandung.
Dalam diamnya Gedung Sate dan hiruk pikuk pusat kota yang tak pernah berhenti, dua nama itu kini menjadi percakapan yang tak bisa dibungkam.
Mereka, dua wajah Bandung, kini berdiri di persimpangan antara ambisi, loyalitas, dan konsekuensi.
Dan seperti biasa, publik menunggu:
Apakah ini sekadar episode rutin politik Bandung atau awal pembersihan yang akhirnya sungguh dimulai?
Editorial Ditulis: Tim Redaksi






