ANTRIAN haji hari ini bukan lagi cerita lima atau sepuluh tahun. Bagi sebagian warga, angka belasan hingga puluhan tahun telah menjadi kenyataan yang harus diterima dengan sabar.
Di tengah penantian panjang itu, istilah Haji Mujamalah kerap muncul ke permukaan.
Sebagian menyambut dengan harap, sebagian lain menyimpan tanya.
Maklum, ibadah haji bukan sekadar perjalanan, melainkan urusan iman dan amanah.
Jalur Undangan, Bukan Jalan Pintas
Haji Mujamalah adalah pelaksanaan ibadah haji menggunakan visa undangan resmi Pemerintah Arab Saudi, yang berada di luar kuota haji reguler Indonesia.
Karena berada di luar kuota nasional, jamaah tidak terikat antrean panjang. Namun satu hal penting perlu ditegaskan sejak awal: ini bukan jalur instan tanpa aturan.
Seluruh rukun dan wajib haji tetap dijalankan. Wukuf di Arafah tetap menjadi inti. Thawaf, sa’i, mabit di Muzdalifah dan Mina tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan.
Secara syariat sah. Secara hukum legal.
Selama prosesnya dilakukan dengan benar dan bertanggung jawab.
Amanah Menjadi Kata Kunci
Masalahnya bukan pada istilah “mujamalah”. Masalah sesungguhnya ada pada siapa yang mengelolanya.
Di sinilah peran lembaga dan asosiasi menjadi penting. Bukan untuk menjual mimpi, tetapi menjaga kepercayaan umat.
Di tingkat nasional, DPP ASPHIRASI (Aliansi Pengusaha Haramain Indonesia) selama ini dikenal sebagai wadah yang menghimpun penyelenggara perjalanan ibadah haji dan umrah, termasuk jalur non-kuota, agar tetap berada dalam koridor aturan, transparansi, dan tanggung jawab moral.
ASPHIRASI bukan travel.
Ia adalah penjaga ekosistem, agar ibadah haji termasuk Haji Mujamalah tidak berubah menjadi sekadar komoditas.
Konsorsiunm Asphirasi mempunyai program Haji Mujamalah untuk 2026, 1447 Hijriah tanpa antrian.
Dengan harga USD 21.000 untuk 22 hari. Fasilitas Hotel bintang 5 di Makkah (Makkah Tower) dan Hotel di Madinah (Golden Assafa) serta fasilitas Maktab zona 3 Muaisim. Hotel transit bintang 3. Termasuk fasilitas Visa Haji Mujamalah dan lain-lain. Sedangkan untuk penerbangan menggunakan Qatar Airways dan Etihad Airways.
Namun harga belum termasuk Paspor, Vaksin, Biaya DAM, Transportasi bus ke Bandara Cengkareng.
Bukan Semua Orang Dipanggil, Bukan Semua Orang Siap
Haji Mujamalah kerap menjadi pilihan jamaah lanjut usia, jamaah yang telah siap lahir dan batin, atau mereka yang merasa waktunya tidak bisa terus ditunda.
Namun para pelaku di lapangan juga mengingatkan, siap berangkat bukan berarti siap berhaji.
Butuh pembimbing yang paham manasik.
Butuh manajemen perjalanan yang rapi.
Dan yang paling penting, butuh niat yang lurus.
Di sinilah asosiasi seperti ASPHIRASI mengambil peran sunyi:
mendorong anggotanya untuk tidak menjanjikan berlebihan, tidak mempermudah yang seharusnya dijelaskan, dan tidak mengaburkan yang wajib diterangkan.
Haji Bukan Soal Cepat, Tapi Soal Benar
Orang-orang tua sering berpesan,
“Urusan haji mah lain soal kuat modal, tapi soal kuat niat.”
Ada yang menunggu lama. Ada yang dipanggil lebih awal. Keduanya sama-sama tamu Allah, selama jalannya benar dan amanah dijaga.
Haji Mujamalah ada sebagai ikhtiar, bukan sebagai pembanding kesabaran.
Dan di tengah ikhtiar itu, kehadiran asosiasi seperti DPP ASPHIRASI menjadi pengingat bahwa ibadah besar ini tidak boleh dikelola sembarangan.
Karena ketika panggilan itu datang, yang dipertaruhkan bukan hanya perjalanan ke Tanah Suci, tetapi kepercayaan dan ketenangan hati jamaah.
Labbaik Allahumma Labbaik.




