![]() |
| Tokoh Kristiani Binton Jhonson Nadapdap |
inijabar.com, Depok – Menjelang Perayaan Hari Raya Natal 2025, Legislator Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sekaligus tokoh Kristiani Kota Depok, Binton Jhonson Nadapdap mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan. Karena, menurutnya Pemerintah dan masyarakat kini sudah sangat terbuka tanpa memandang latar belakang agama maupun suku manapun.
Binton menilai, perubahan status Depok yang pernah menempatkan salah satu kota paling intoleran menjadi kota yang bukan lagi intoleran versi Riset Setara Institute. Menjadi nilai apresiasi setinggi-tingginya, bagaimana masyarakat dan Pemerintah kini sudah sangat terbuka tanpa memandang latar belakang agama maupun suku manapun.
Menurutnya salah satu indikatornya yang paling menonjol adalah sambutan hangat dan dukungan penuh warga Kecamatan Sukmajaya terhadap pemimpin wilayah mereka dalam hal ini Camat yang berasal dari kalangan umat Kristiani. Sosok pemimpin tersebut dipandang sebagai representasi inklusivitas yang lengkap, mengingat statusnya sebagai perempuan dan berasal dari kelompok minoritas.
"Memang itu harapan kita semua. Jadi Kota Depok kan dahulu dinilai menjadi kota yang paling intoleran, bahkan paling tinggi menurut Setara Institute. Tapi saya yakin dan percaya tidak akan terjadi lagi itulah ya, dan sekarang sudah berubah, sudah tidak lagi menjadi kota intoleransi. Artinya apa? Coba kita perhatikan masyarakat Kota Depok khususnya di Sukmajaya menerima dengan baik dan berjalan sampai hari ini Camat yang dari Kristiani, minoritas lagi kan," ujar Binton Nadapdap kepada wartawan usai menghadiri undangan Musda DPD PAN ke-6 Kota Depok, Minggu (21/12/2025).
Oleh karenanya, Binton mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tetap menjaga toleransi dan memperkuat tali persaudaraan antar umat beragama. Dia juga menekankan bahwa kerukunan tak sekadar lahir dari sikap masyarakat, tetapi juga dukungan dari pihak keamanan dan media dalam menyebarkan pesan persatuan. Karena Kota Depok sebagai cerminan kecil dari keberagaman Indonesia.
“Karena Depok merupakan tetangga persis Ibu Kota DKI Jakarta dan barometer Indonesia. Menurut saya Depok adalah kota yang keberagamannya sangat luar biasa, ini miniaturnya Indonesia. Makanya keamanan, kondusifitas itu adalah tanggung jawab kita bersama, ormas, media juga termasuk, khususnya pihak keamanan yang ditunjuk oleh negara dalam hal ini TNI dan Polri," kata Binton Nadapdap.
Sebagai tokoh umat Kristiani yang aktif di berbagai organisasi keagamaan tersebut, Binton juga menegaskan bahwa semangat inklusivitas harus menjadi fondasi dalam kehidupan bermasyarakat di Depok. Maka itu, dia berharap suasana Perayaan Natal tahun ini menjadi bukti nyata kedamaian di kota tersebut.
"Saya sebagai tokoh umat Kristiani, sebagai Penatua (Jabatan kepemimpinan rohani dalam Gereja Kristen) dan Majelis Pekerja Sinode HKBP, Penasihat di MUKI (Majelis Umat Kristen Indonesia), anggota Komisi A DPRD dan Ketua DPD PSI Depok, yang mana partai kami adalah partai yang mengusung DNA nya anti intoleransi dan korupsi. Kami berharap suasana Natal bisa berjalan dengan damai, kondusif, tentram, tanpa ada gangguan dan tanpa ada isu-isu yang membuat sesuatu gejolak atau gangguan di sana-sini bagi yang merayakan Natal," beber Binton.
Lebih lanjut, Binton menilai bahwa kondusifitas itu adalah bagian dari tanggung jawab bersama. Oleh karenanya, seluruh masyarakat memiliki kewajiban menjaga dan menyingkirkan pihak-pihak, kelompok atau perorangan yang tidak mengharapkan kenyamanan dan keamanan di Kota Depok.
Selain itu, dia juga menitipkan pesan kepada media massa agar menjadi kanal penyebar informasi yang menyejukkan.
"Khususnya kepada media, media yang ada di Kota Depok menjaga, menjadikan apa, salah satu sumber informasi yang positif dan menjaga kondusifitas mengenai berita-berita yang mengarah kepada persatuan dan kesatuan," kata Binton.
Binton juga mengingatkan kembali bahwa keberagaman di Depok sudah ada dari perjalanan sejarah yang panjang. Sehingga harus terus dijaga serta dilestarikan oleh para generasi mendatang, tanpa adanya isu-isu yang berupaya untuk memecah belah dan polarisasi masyarakat. (Risky)




