Bandeng Rorod, Dari Pantura Menuju Ikon Kuliner Bekasi

Redaktur author photo

 

Bandeng Rorod

BEKASI sejak lama dikenal sebagai wilayah pesisir yang kaya akan hasil laut. Namun, jika bicara soal kuliner khas, publik lebih sering menyebut gabus pucung atau sayur asem Betawi. Kini muncul satu nama yang perlahan mencuri perhatian: bandeng rorod. Pertanyaannya, layakkah olahan ikan bandeng ini menjadi kuliner khas Bekasi?

Tradisi dan Adaptasi Kuliner Pesisir

Bandeng rorod sejatinya merupakan olahan khas pesisir pantai utara Jawa. Prosesnya unik: ikan bandeng dibersihkan dari durinya, dibumbui dengan rempah manis-gurih, kemudian dipanggang dalam balutan daun pisang. Hasilnya adalah cita rasa gurih legit yang menyatu dengan aroma asap khas panggangan.

Meski awalnya populer di Cirebon dan Indramayu, kini banyak pelaku usaha kecil di Bekasi yang mengembangkan resep serupa. Di kawasan Tarumajaya, Babelan, hingga Muara Gembong, dan di Kota Bekasi, kuliner ini mulai dijadikan produk oleh-oleh. Beberapa rumah produksi bahkan menamainya langsung 'Bandeng Rorod Bekasi', lengkap dengan kemasan modern dan label halal.

Akar Lokal yang Menguat

Dari sisi geografis, Bekasi punya kesamaan dengan daerah asal bandeng rorod: sama-sama kawasan pesisir dengan tradisi nelayan bandeng yang kuat. Di sinilah logika adaptasi itu menemukan tempatnya. Bekasi tidak menciptakan bandeng rorod, tapi menanamkan jiwa lokal pada produk tersebut.

Bila pemerintah daerah dan komunitas kuliner mampu menegaskan ciri khas Bekasi, misalnya lewat racikan bumbu, narasi sejarah pesisir, hingga festival kuliner tahunan maka bandeng rorod dapat menjadi ikon baru kuliner pesisir Bekasi yang berdaya jual tinggi.

Nilai Ekonomi dan Identitas Daerah

Dalam konteks ekonomi kreatif, kuliner seperti bandeng rorod memiliki potensi besar. Produk ini tahan lama, mudah dikemas, dan bisa menjadi oleh-oleh unggulan layaknya bandeng presto Semarang. Jika digarap serius, keberadaan sentra produksi bandeng rorod di Bekasi bisa menciptakan lapangan kerja baru sekaligus memperkuat identitas daerah.

Namun, tantangannya tetap ada. Bandeng rorod belum punya legitimasi kuat sebagai produk khas Bekasi. Diperlukan pengakuan resmi, promosi berkelanjutan, dan inovasi dari para pelaku usaha untuk menegaskan karakter 'Bekasi-nya'.

Membangun Citra Kuliner Bekasi

Kuliner tidak sekadar soal rasa, tapi juga narasi. Bekasi membutuhkan simbol kuliner yang menggambarkan wajah pesisirnya yang tangguh dan kreatif. Bandeng rorod, jika dikembangkan dengan sentuhan lokal dan semangat kolaborasi, bisa menjadi jawaban atas kebutuhan itu.

Mungkin kini saatnya kita berhenti hanya mengenal gabus pucung sebagai ikon, dan mulai memberi ruang bagi Bandeng Rorod Bekasi sebagai kuliner masa depan yang mewakili cita rasa, kerja keras, dan identitas pesisir yang sesungguhnya.

Ditulis: redaksi inijabar.com

Share:
Komentar

Berita Terkini