inijabar.com, Kota Bandung- Saat ini, Pemkot Bandung hanya bisa mengangkut sekitar 900 ton sampah per hari, sehingga efisiensi dan percepatan pengolahan menjadi prioritas utama.
Upaya percepatan penanganan sampah terus dilakukan di Kota Bandung, terutama setelah adanya pembatasan kuota pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sejak Oktober lalu.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengatakan, pentingnya memastikan agar tidak ada hambatan dalam proses pengangkutan.
“Kita pastikan jangan sampai dari sisa kuota 900 ton ini ada yang terhambat. Kalau sampai terhambat, antrean sampah di TPS bisa makin panjang,” katanya.
Beberapa wilayah di Bandung, sambung Farhan, masih belum memiliki fasilitas pengolahan sampah yang memadai. Hal itu menyebabkan antrean dan penumpukan di sejumlah titik pembuangan sementara.
"Beberapa wilayah memang masih menumpuk karena fasilitas pengolahan belum terbangun. Makanya kita perlu pengelolaan bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat,” ujarnya.
Pemkot Bandung, kata dia, berupaya mempercepat pembangunan fasilitas pengolahan sampah, baik berbasis pengelolaan sampah organik maupun teknologi termal (insinerator).
“Kita sedang akselerasi setiap hari supaya penanganan ini betul-betul cepat dan patuh terhadap aturan lingkungan. Alhamdulillah, selama dua hari kemarin saya rapat dengan Kementerian Lingkungan Hidup, karena Bandung termasuk dalam skema darurat sampah nasional,” terang Farhan.
Selain itu, kata Farhan, dengan mempercepat pembangunan fasilitas baru, Pemkot juga tengah merevitalisasi Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Babakan Siliwangi.
Lokasi tersebut akan menjadi proyek percontohan penggunaan teknologi baru untuk mengurangi bau dari tumpukan sampah yang menumpuk lebih dari dua hari.
“TPS Babakan Siliwangi sedang kita rapikan lagi. Kita juga sedang coba teknologi baru untuk mengurangi bau sampah yang menumpuk. Mudah-mudahan hasilnya bagus,” ucapnya.
Dia menjelaskan, dengan kapasitas pengangkutan sekitar 941 ton per hari, proses harus berjalan lancar setiap hari. Sedikit saja gangguan dapat menyebabkan tumpukan yang cepat meningkat.
"Sekarang kondisinya sudah mepet sekali. Biasanya Sabtu malam TPS sudah kosong, tapi sekarang Sabtu malam masih penuh. Itu sebabnya terjadi penumpukan dua sampai tiga hari sebelum diangkut lagi,” ujar Farhan.
Farhan menargetkan, dalam waktu dua hingga tiga bulan ke depan, beberapa fasilitas baru, termasuk empat titik insinerator, bisa segera beroperasi.
“Paling cepat dua sampai tiga bulan lagi kita bisa operasikan empat insinerator baru. Tapi memang prosesnya tidak mudah karena harus lolos sertifikasi dari kementerian. Kita juga sudah siapkan lewat APBD Perubahan,” jelasnya.
Farhan berharap, langkah percepatan tersebut, Bandung optimistis persoalan sampah dapat segera tertangani secara sistematis dan berkelanjutan tanpa menimbulkan dampak lingkungan yang lebih luas.(*)



